Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Hati yang Senantiasa Bercahaya

20 November 2011   01:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:26 582 0
Bahan Renungan untuk kita semua

Kawan,

Dalam rentang usia yang sekarang mungkin banyak kesalahan dan kekhilafan yang pernah kita buat.  Ditengan gempuran media yang selalu menjajakan kehidupan yang hedonis membuat hati kita merasa gelisah dan kurang bersyukur terhadap nikmat yang telah Allah berikan kepada kita.  Kehidupan dizaman sekarang menjadikan kemaksiatan nyata-nyata dijual.  Bahkan pelaku kemaksiatan dibela. Aurat diumbar kepublik. Sehingga menjadi makanan sehari-hari masyarakat kita. Media menjadikan hal yang dulu tabu bagi kehidupan menjadi hal sepele dijaman sekarang. Dengan kemudahan akses mungkin diantara kita ada yang sengaja maupun tidak melihat sesuatu yang tidak sepantasnya. Tergelincir dalam kemaksiatan.  Sehingga membuat hati kita tidak tenang karenanya.  Membuat hati kita merasa resah dan gelisah.

Kawan ku,.

Bersyukurlah pada Allah bila hati kita masih kerap mencela diri atas kemaksiatan yang dilakukan.  Sebab itu adalah tanda bahwa kita masih memiliki hati seorang mukmin yang memang harus merasa sakit oleh kemaksiatan.  Itu merupakan sinyal, bahwa hati ini masih cenderung pada fitrahnya yang bersih dan menolak kekotoran, lalu menyeru agar segera kembali kepada Rabbnya.

Kawanku..

Ada banyak cara Allah menegur dan mengingatkan hamba-Nya yang melakukan kesalahan.  Karena, banyak terjadi, sekedar kegelisahan atas dosa dan sekedar rasa sakit dalam jiwa terhadap kemaksiatan, tidak cukup membuat seorang hamba meninggalkan dosa dan kemaksiatan itu. Itulah sebabnya, Al-Qur’an menyebut ada noda-noda hitam yang terus menerus menyelubungi hati dengan istilah Ar Raan.  Noda-noda hitam itu adalag dosa dan kemaksiatan yang terus menerus dilakukan seseorang hingga akhirnya menggelapkan hatinya.

Maka, bersyukurlah bila Allah swt memberikan teguran dengan sesuatu yang menyakitkan, tapi lalu membuat kita terhenyak sadar.  Bersyukur kepada Allah swt, bila kita masih merasakan peringatan dari Allah swt, dengan suatu keadaan yang memukul hati.  Tapi hal itu kemudian melahirkan ketundukan kepada keagungan Allah swt, menyadarkan perasaan faqir terhadap kuasa Allah swt, membuat kita mengerti tentang ketidak berdayaan dihadapan kebesaran Alah swt yang selama ini sering tertutup dengan kesombongan, perasaan yang aman atau keadaan yang stabil.  Artinya kita menjadi tidak kenal dengan diri sendiri seperti perkataan Ahli hikmah Qiss bin Saadah, sebaik-baiknya penegnalan seseorang adalah pengenalannya terhadap diri sendiri.  Sebaik-baiknya ilmu adalah ilmu yang mengajarkan seseorang mengerti tentang kadar ilmunya.

Ibnu Qayyim rahimahullah mengatakan, “sungguh hati itu mempunyai kekasatan yang tidak bisa dihaluskan kecuali dengan kembali menghadap kepada Allah.   Hati juga mempunyai rasa terancam yang tidak bisa dihilangkan kecuali dengan suasana intim dan dekat dalam kesendirian bersama Allah.  Hati juga mempunyai kesedihan, yang tidak mungkin diusir kecuali dengan rasa bahagia yang muncul dari ma’rifah kepada Allah dan hubungan yang baik dengan-Nya.  Hati juga mempunyai kegelisahan yang tidak bisa ditenangkan kecuali dengan berhimpun kepada Allah dan lari mendekat kepada Allah.  Hati juga mempunyai api yang membakar, yang tidak bisa dipadamkan kecuali dengan Ridha terhadap perintah, larangan, larangan dan ketetapan-Nya.  Hati juga mempunyai keinginan yang besar yang tidak bisa dihentikan kecuali bila hnya Allah swt sajalag yang diinginkan.  Hati juga memiliki kepapaan yang tidak mungkin dicukupi kecuali dengan cinta kepada-Nya, senantiasa berdzikir dan ikhlas kepada-Nya.  Andai seluruh dunia ini diberikan untuk mencukupi kepapaan ini, niscaya kepapaan ini tak kan pernah tercukupi juga.

Kawanku

Jangan hanyut pada kegelisahan karena ketenangan itu sudah kita ketahui sumbernya.  Jangan tenggelam  dalam kekecewaan, karena kepuasan itu tidak pernah berujung.  Jika kita mengenal Allah swt, maka kegelisahan dan kekecewaab bisa diredam dan bahkan dihilangkan.  Karena, hamba yang makin mengenal Allah, akan semakin mengerti diri dihadapan Allah swt.  Permasalahan hidup, seberat apapun dia. Jika dikembalikan kepada Allah maka akan semakin ringan terasa. Dada akan terasa lapang.  Sangat salah bila, melarikan permasalahn yang menimpa dengan sesuatu yang tidak berguna.  Tawuran, mabuk-mabukan, judi, mencuri,.. itu sama sekali bukan solusi.

Kawan pernah kah kalian merasakan sedih tanpa alasan yang kita tahu?.  Atau, pernah merasa asing ditengah keramaian dan ditengah keluarga, merasa terancam di tengah banyaknya teman, Merasa bosan di tengah berbagai kemudahan. Kalau Aku pernah.  Bahkan kadang sering, hal itu timbul ketika hati jauh dari Allah.  Semua itu menandakan bahwa kita memang sangat membutuhkan kedekatan dengan Allah swt.  Kita, tidak mungkin bisa tenang tanpa tambatan hati kepada Allah swt.  Karena jiwa akan terus mencari sesuatu yang membuatnya tenang dan nyaman.  Dan ketenangan dan kenyamanan itu sesungguhnya hanya bisa diperoleh dari Allah swt.

Dengarkanlah nasehat Ibnul Qaiyyim rahimahullah dalam kitab Al Fawa-id, “ Bila manusia merasa kaya dengan harta, merasa kayalah engkau dengan adanya Allah swt.  Jika manusia berbahagia dengan dunia, berbahagialah engkau dengan Allah swt.  Jika merasa asik dan intim dengan kekasihnya, jadikanlah keintimanmu dengan Allah swt.  Jika merasa tersanjung dengan kedekatan pada penguasa dan petinggi mereka untuk mendapat penghormatan dan kemuliaan, kenalkanlah dan dekatkanlah dirimu kepada Allah swt agar engkau mendapatkan puncak kehormatan dan ketinggian.” Sungguh sebuah nasehat yang luar biasa.

Kawan..

Kenalilah diri sendiri.  Kenalilah Allah swt.  Sungguh hukuman yang paling berat bagi seorang hamba adalah ketika ia lupa pada keadaan dirinya sendiri, lalu jatuh melakukan tindakan yang tidak pantas dilakukan.  Seperti ucapan seorang Syaikh Al Qur’an terkenal asal mesir, Muhammad Ar Rawi, yang mengatakan, “hukuman paling berat atas seseorang adalah apabila Allah swt menjadikan ia lupa pada dirinya.  Sebab bila seseorang lupa pada dirinya sendiri, maka ia akan terjerumus pada kenistaan,  tapi ia merasa telah melakukan kebaikan”.

Semoga hati kita senantiasa bercahaya.  Sediakan waktu untuk senantiasa membersihkannya dari dosa-dosa.  Ajak dia bicara. Nasehati sesuai kadar kebutuhannya. Self talk. Tidak usah lama-lama sepuluh menit pun sehari tak apa. Cukup. Sesungguhnya kemampuan seseorang yang bisa menasehati dirinya sendiri, akan membuat imunitas hati meningkat. Dari sekian banyak ruang didalam hati.  Ada sebuah ruang yang selalu menyuarakan kebenaran.  Dia adalah ruang nurani.

(*Ku catat kembali dari bukunya Muhammad Nursani..Tarbawi press

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun