Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Saya Ingin Mengkritisi, Biar Nanti Saya Dikritisi

6 Oktober 2010   14:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:40 166 0
Dua tipe manusia : "Pertama, manusia berakal yg tidak beragama. Dan kedua, manusia beragama yang tidak berakal". Itu sih pendapat secara subjektif oleh bang Adonis. Tapi, kalo di pikir-pikir memang benar juga. Nah, masalahnya kalo saya setuju dengan statement bang A, lantas saya bakal masuk tipe mana, pertama atau kedua? Bingung juga! tau aah :D Kalo dimintai contoh, saya punya beberapa referensi orang-orang yg masuk klasifikasi pertama maupun kedua termasuk ada beberapa tokoh-tokoh nge-Jreng sepanjang abad, yang saya kagumi, menghasilkan beberapa konsep serta pemahaman yg bisa saya pelajari & dalami. Adapula orang-orang yang saya dijumpai di sepanjang perjalanan hidup. Tapi, "gak boleh dong nyebut Merk!" bisa-bisa saya habis dikritisi balik. Kalo itu ribet, soalnya saya ini bukan siapa-siapa. Itu juga hanya pemahaman secara subjektif dari saya sendiri. Tapi, ada satu hal yang saya dapatkan di hari ini. Sebuah pesan yang saya rasa penting jadi bahan buat "ngaca" yang sifatnya ke-aku-an. "jangan mengkritisi kalo tidak mau dikritisi". Tapi, dikritisi sebenarnya oke oke saja, asal caranya dilakukan dengan baik pula. Mengkritisi juga perlu, hidup itu berfikir. Lah bukan manusia normal namanya kalo tidak memamakai otaknya lagi. (kalo orang gila?). Ada beberapa yang saya temui, tipe orang yang maunya hanya jadi "tukang" kritisi, sementara tidak mau menerima pendapat orang lain. Yang kayak gini ni parah. tipe Egois dan cenderung Arogansi.  Kata Bapak saya "tipe orang begitu gak bisa jadi pemimpin..." Ada pula orang yang kerjanya hanya mau di kritisi tapi tidak pernah mengkritisi. Diaaaammmmm melulu ! orang kayak gini cenderung apatis.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun