Mohon tunggu...
KOMENTAR
Diary

Sindoro Hotel: Drama Closet

14 Juni 2022   19:02 Diperbarui: 14 Juni 2022   19:08 203 3
Masih sekitar kamar hotel, rasanya sehari punya banyak kisah yang memalukan dan membuat perut terpingkal-pingkal. Ini tentang closet duduk. Sudah bisa terbayangkan kehidupan kami di derah terpencil. Tidak ada yang otomatis kecuali BAB yang biasanya warga sekitar rumahku membuangnya di toilet umum. Tapi kalau kami sudah punya kamar mandi sendiri, hanya saja urusan closet masih yang jongkok.
Semoga cerita ini tidak membuat para pembaca muak dengan kekonyolan kami orang udik. Begini ceritanya.
Perjalanan panjang, dengan mobil pribadi yang ber AC membuat perutku seperti mual dan mules. Ingin segera menuju toilet untuk hajat saja. Bagi kami berdua, closet duduk sudah biasa dan pernah melihat berkali-kali. Meski kami tinggal di desa sesekali kami ke pusat perbelanjaan yang kebetulan urusan toilet sudah menggunakan closet duduk.
"Mba, aku mau hajat dulu ya"  pamitku seusai materi kedua selesai. Waktu itu jam menunjukan angka 21.30. Mba Pipit, langsung merebahkan diri di kasur karena terlampau lelah.
"iya Mba, aku istirhat dulu sama mau beres-beres besok harus chekout" jawab Mba Pipit menjelajahi gawainya.

Seperti biasa aku pun melakukan hajat, sebelumnya aku ngecek kelayakan closet. Membersihkan bagian untuk duduk dan menekan kran pembuangan, semua aman. Mungkin lama aku melakukan hajat, bukan hal yang aneh, ditempat yang berbeda dan fasilitas yang berbeda pula mempengaruhi durasinya. Ada pulabyang tidak bisa buang hajat hanya karena tempat yang berbeda.
Sedikit lebih lega yang perutku rasakan. Aku pun membersihkan diri, meski agak repot tetapi bisa teratasi. Akan tetapi, saat akan membersihkan closet kran pembuangan macet, tidak ada air yang keluar secara otomatis. Aku pun langsung panik, bolak balik aku tekan tak ada air yeng mengucur. Aku membuka penampung airnya dan benar saja kosong. Aku tak berfikir untuk mengisi manual, jadi aku siram saja menggunakan selang air. Tetapi tidak berhasil, sudah berkali-kali aku melakukan hal yang sama masih belum berhasil. Akhirnya aku keluar.
"Mba, jangan ke closet dulu ya?" pintaku
"kenapa Mba?" tanya Mba Pipit
"Masa aku kibta bantuan kamu, tadi aku buang hajat tapi air yang untuk membersihkan closet gak keluar, padahal pas awal aku cek keluar, giliran mau buat nyiram malah nggak keluar?" entah aku yang terlalu udik atau karena closetvyang bermasalah. Mba Pipit pun tertawa mendengar keresahanku.
"pokoknya Mba Pipit jangan ke closet dulu, barangkali lagi macet ntar malam aku coba lagi. mba Pipit memahami maksudku, dan kami melanjutkan bebenah kamar serta sholat isat dan beranjak tidur.
Pukul 00.30 WIB aku terbangun karena mual perut. Sepertinya masuk angin, ku memijat-mijat kepala dan bagian leherku. Ku olesi perut dengan balsem, berharap keluar isi perut supaya lebih enteng. Aku teringan perihal closet, langsung saja ku menelan tombol pembersih, ternyata berhasil. Air keluar dari kran pembersih, aku pun merasa lega. Pikirku mungki tadi sedang macet, dan sekarang lancar. Ternyata Mba Pipit bangun, ku kabari bahwa closet bisa dihgunakan karena barusan sudah normal. Kami melanjutkan tidur yang terhambat.
Ketika shubuh datang, ku lihat Mba Pipit dari kamar mandi.
"Mba, jian untung ada tempat sampah" terlihat Mba Pipit sedikit panik.
"lha emang kenapa?" tanyaku penasaran.
"itu Mba, aku kan habis buang hajat, karena penasaran takut kayak Mba tadi malam, ku coba dulu ini closet normal nggak? Nah ternyata normal, jadi buang hajat lah. Eh... Giliran udah selesai, macet lagi mba" cerita Mba Pipit
"terus?" aku penasaran apa hubungannya sama tempat sampah.
"ya sama kayak Mba semalam, disiram pake shower nggak bisa"terlihat Mba Pipit kesal.
"Ya udah nunggu aja nanti Mba, biarin lah... Brati emang closetnya macet."jawabku santai.
"ya nggak enak lah Mba, kita kan mau chek out" Mba Pipit menolak.
"Lah terus gimana?"tanyaku mencari ide.
"Nah, itu dia untung ada tempat sampah. Jadi aku nandon (menampung) air di tempat sampah, karena nggak ada ember. Terus aku siramkan dweh ke closet alhamdukillah berhasil" terang Mba Pipit memperagakan secara ilusi. Sontak saja aku langsubg tertawa terbahak-bahak.
"hahaha...kan itu ada plastiknya mba?" tanyaku memegang perut.
"atuh.. Plastiknya diambil dulu, terus pasang lagi hahaha" geli rasanya dengan cerita Mba Pipit. Pantas saja dia lama di kamar mandi, ternyata dia mencari ide untuk menghilangkan jejak. Ide konyol orang udik luar biasa. Tak ada ember tempat sampah pun jadi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun