Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Ciuman Terakhir

3 Oktober 2010   06:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:45 245 0
Siang itu, rupa membentuk maya, lalu tertinggallah segala dunia menuju cinta kasih yang tercerai oleh hiruk pikuk kemandulan akal dan ketamakan batin. Oh… Ada yang mesti dihaluslembutkan, ada yang harus dikuatkan agar sengketa jiwa tak lantas mati terabaikan.

Adalah aku, lelaki yang menyentuh kesepuluh jari untuk menyatukalbu, mencium hati yang terendam tangis, karena kecintaanku terhadap tinta dan pena tak mampu menebar kebajikan kecuali terbentang segala nestapa di depan mata.

Kemanisan jiwalah kucium sepenuh, keheninganlah kekasih jiwaku. Ingatlah ketika dada bergemuruh layaknya air mendidih, saat itulah ratap dan beribu tetes duta duka mengiring cinta, tinggal berhitung berapa kesendirian yang tercabik-cabik kekecewaan.

Ingatlah wahai hati yang bergelora dan dipenuhi kemanisan.. Adalah aku yang memeluk mesra damba dari benih menjadi pohon raksasa, tidak pernah tumbang melainkan semakin kekar dan berjaya. Adalah aku yang sampai tertimbun doa tetap menjaga bahwa sesungguhnya cintaku adalah penggalan Surga.

....................

Mei 21, 2010
Solo

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun