Sayangnya, realitas pendidikan tinggi di Indonesia masih sering menampilkan praktik-praktik yang bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi. Budaya "diam itu emas" di dalam kelas dan dominasi dosen dalam proses pembelajaran masih sering terjadi. Mahasiswa tidak dapat mengkritik dosen karena dianggap tidak sopan. Mereka bahkan takut ketika dosen tidak memberikan nilai, yang berarti mereka tidak akan lulus. Banyak dosen yang disebut sebagai "Dosen Killer."
Kondisi ini mempengaruhi sikap penolakan mahasiswa terhadap dosen. Dalam artikel mereka yang berjudul Pola Resistensi Mahasiswa terhadap Dosen, Zainnulla dan Jacky (2017) ada beberapa bentuk resistensi terhadap dosen seperti: para dosen bertindak egois; para dosen menggunakan materi yang salah dan tidak jelas, mereka hanya menggunakan satu item penilaian; dosen sering memberikan harapan palsu kepada mahasiswa; suasana kelas menjadi tegang; dosen tidak disiplin, . para dosen kurang memperhatikan mahasiswa mereka; mereka tidak profesional dalam menjalankan tugas mereka sebagai pendidik.