Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Pentingnya Kau Tahu dari Mana Kau Mengambil Berita

12 November 2014   15:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:59 440 0
“Menurutku, sanad adalah bagian dari agama. Jika tidak ada sanad, maka siapapun akan bisa berkata semaunya”

[Abdullah ibnul Mubarakrahimahullah]

Sanad sangat penting dalam Islam, sebagaimana perkataan salah seorang ulama besar Islam yang saya nukilkan di atas, bahwa tanpa sanad, siapapun akan bebas berkata semaunya. Sanad adalah silsilah [mata rantai] perawi [pembawa kabar] sampai kepada sumber awal beritanya. Sanad atau isnad sangat populer dikalangan para pengkaji ilmu hadis. Setiap hadis yang disampaikan harus ada sanadnya. Misalnya, seorang ulama hadis meriwayatkan hadis yang karena zamannya jauh dari masa Nabi Saw sehingga tidak memungkinkan adanya interaksi langsung, maka ia meriwayatkan hadis Nabi Saw dengan cara sebagai berikut:

A telah mengabarkan kepada kami, dia berkata: B telah mengabarkan kepada kami, dia berkata: C telah mengabarkan kepada kami bahwa dia telah mendengarkan dari Nabi Saw yang bersabda demikian dan demikian.

Derajat dan kedudukan hadis kemudian ditentukan oleh ketsiqahan/kejujuran para perawi tersebut. Ketsiqahan para perawi dapat ditelusuri dari biografinya, dan ilmu yang khusus mempelajari biografi para perawi disebut ilmu rijal.

Dari biografi perawi tersebut kemudian diketahui, layak tidaknya seorang perawi diterima periwayatannya [berita yang dikabarkannya], sebab dalam ilmu rijal, sifat dan karakter seorang perawi benar-benar dikuliti.

Dia secara terang-terangan akan disebut pendusta atau tidak layak diterima periwayatannya jika ia dikenal sebagai seseorang yang berakhlak buruk, bersifat munafik, ingatannya lemah, identitasnya tidak jelas dan seterusnya.

Betapa besar peran ulama-ulama ahli hadis dalam menjaga kesahihan sabda-sabda Nabi Saw. Kitapun disuguhkan kisah dramatis, ketika Imam Bukhari telah menempuh perjalanan yang sangat jauh untuk menemui seorang perawi, tapi kemudian hanya menyampaikan satu hadis dari Nabi Saw, itupun kemudian Imam Bukhari membuang hadis itu ketika sang perawi dia temukan mengelabui untanya. Berbohong kepada seekor unta sekalipun, sudah menjadi alasan ulama hadis untuk memblack list seseorang dan menolak apapun yang disampaikannya. Diapun akan dikenal ditengah masyarakat, sebagai pendusta dan harus diteliti setiap perkataannya.

Tentu sanad tidak hanya berlaku pada ilmu hadis. Tapi pada semua hal yang berbau informasi. Ketika kita mendapat sebuah informasi maka sudah selayaknya kita mencari tahu dan mengecek kebenaran informasi tersebut. Apa penyampai tersebut melihat langsung apa yang disampaikannya, kalau tidak, dari siapa dia mendengarkannya, dan apa penyampai sebelumnya memiliki kelayakan untuk dipercaya? Dan begitu seterusnya.

Begitupun dalam penulisan karya tulis. Karya tulis akan disebut ilmiah dan memiliki kredibilitas untuk dijadikan rujukan jika menyertakan sumber informasi penulisannya. Sanadpun berlaku dalam dunia reportase. Jika sebuah media tidak mengirim wartawan yang melihat langsung kejadian yang diberitakannya, maka wajib bagi media tersebut menuliskan dari media berita mana ia menukil dan mendapatkan informasinya. Untuk berita-berita mengenai peristiwa luar negeri, kita diakrabkan dengan idiom-idiom jurnalistik seperti, sebagaimana dilansir dari kantor berita BBC, demikian dikutip dari Al Jazeerah dan seterusnya. Sementara kantor berita yang beritanya dikutip tersebut harus bisa dipastikan bersentuhan langsung dengan lokasi kejadian dan  informan utama.

Walhasil, sanad dan sumber berita sangat penting dan urgen. Jika tidak dibebankan adanya sanad, maka siapapun bisa berkata semaunya. Dalam Islam, mengecek kebenaran berita, atau mengklarifikasi ke sumber berita atau obyek yang diberitakan dikenal dengan sebutan tabayyun. Tabayyun adalah perintah tegas dalam Islam, agar umat Islam tidak menimbulkan tindakan yang berujung pada dosa dan penyesalan akibat tergesa-gesa dalam menerima informasi. Tabayyun penting dilakukan agar keputusan yang diambil adil dan tidak merugikan pihak lain.

Perintah untuk Tabayyun setidaknya terdapat dalam QS. An Nisa/4: 94 dan QS. al Hujarat /49  ayat 6. Jika berita yang disampaikan tidak berlandaskan pada prinsip obyektifitas dan bersebrangan dengan realitas yang ada, maka berita tersebut terkategorikan fitnah. Dan fitnah tidak terbantahkan lagi, bahwa termasuk salah satu dari dosa-dosa besar.

Sayangnya, akhir-akhir ini kita diperhadapkan pada fenomena semakin minimnya sikap tabayyun dilakukan, tidak ada upaya klarifikasi terlebih dahulu,  meskipun berita yang disampaikan tanpa sanad sekalipun. Dan lebih miris lagi, karena yang sedemikian getol melakukannya mereka yang mengklaim diri aktivis-aktivis Islam.

Melalui media yang mereka kelola baik situs berita, fun page maupun lewat mimbar-mimbar yang berinteraksi langsung dengan audience, tersebar berita-berita bohong yang sifatnya provokatif dan tidak berdasar. Sebut saja, di fun page Farid Okbah, seorang ustad yang getol mengkampanyekan gerakan anti Syiah, pernah memosting foto korban pembunuhan di Brasil dan menyebutnya korban pembunuhan di Suriah oleh militer Syiah.

Jonru [aktivis PKS] juga di fun pagenya, pernah memosting foto seorang perempuan yang diselimuti kain kafan dalam keadaan sedang tersenyum, yang diklaimnya muslimah Mesir yang mati syahid akibat kekerasan militer Mesir yang menjatuhkan Presiden Mursi, padahal itu adalah foto kegiatan pelatihan penyelenggaraan jenazah di Malaysia. Dan tanpa adanya tabayyun, foto-foto itu dilike dan dishare ribuan orang. Ketika kebenarannya terkuak, mereka yang terlanjur menyebarkannya hanya mengatakan, meskipun ini foto palsu, tapi setidaknya kejadiannya di Suriah dan Mesir memang seperti itu, tanpa sama sekali ada perasaan bersalah. Terlalu banyak kalau saya mau menyertakan contoh-contoh lainnya.

Termasuk berita-berita yang ditulis mengenai Iran. Meskipun tanpa sumber, kalau berita itu mengenai hal-hal negatif tentang Iran maka dengan cepat disebar dan dipercaya sebagai sebuah fakta yang benar adanya. Sebut saja berita tentang praktik mut’ah di Iran yang selalu saja diberitakan berulang-ulang.

Mulai dari daftar tarif nikah mut’ah yang ketika dicek kesitus yang dikatakan sebagai sumbernya, justru tidak ditemukan. Bahkan banyak informasi manipulatif di dalamnya. Cerita KH. Kholil Ridwan [Ketua MUI Pusat] tentang praktik mut’ah yang dilakukan di masjid-masjid Iran karena memang katanya disetiap masjid telah disediakan bilik-bilik asmara khusus untuk melakukan praktik mut’ah. Informannya dari mana karena sang Kyai tidak pernah ke Iran? Katanya dari temannya yang pernah kuliah di Iran. Siapa? Tidak dijelaskan. Dan informasi tanpa informan dengan identitas yang jelas tersebut ditelan mentah-mentah dan dengan tanpa beban disebar secara massif, untuk kemudian memberikan stigma betapa buruknya kondisi sosial di Iran.

Ada pula sebuah artikel yang khusus ditulis mengenai kota Qom di Iran. Dengan judul yang fantastis, Qom Kota Bejat di Iran, Qom Ladang Maksiat para Mullah dan beberapa judul lainnya, namun isinya sama berkisar, betapa bejatnya kelakuan masyarakat Qom yang Syiah. Sumber artikel tersebut dari situs Arab, sekali lagi tanpa informan dengan identitas yang jelas. Tulisan tersebut telah saya bantah, sebab data-data yang disajikan tidak sesuai dengan fakta yang saya lihat di kota Qom, yang sejak tahun 2007 saya tinggali sampai sekarang.

Berita tentang tidak adanya masjid Sunni di Tehran. Dibantah oleh media setempat di Iran, dengan menuliskan tujuh masjid yang dikelola masjid Sunni di Tehran lengkap dengan alamat lokasi masing-masing masjid. Berita tentang tidak adanya shalat Jum’at di Iran, digantungnya ulama-ulama Sunni, atau tahanan wanita wajib diperkosa dulu sebelum di eksekusi gantung, Reyhanah Jabbari yang digantung karena kasus pembunuhan oleh media Islam anti Syiah, tiba-tiba dijadikan wanita ahlusunnah padahal dia jelas-jelas Syiah, mewarnai media-media berbasis blog di Indonesia, yang kesemuanya tidak menyertakan sumber berita sama sekali atau bukan dari sumber utamanya. Khusus berita mengenai perempuan sebelum digantung diperkosa dulu oleh sipir penjara justu diambilnya dari The Jerusalem Post, kantor berita Israel. Apa tidak sampai kepada mereka firman Allah Swt, untuk mengecek dulu berita yang disampaikan oleh orang fasiq? Media Israel bukan hanya dikelola oleh orang fasiq bahkan kafir, sehingga tabayyun atas pemberitaannya harus lebih wajib lagi.

Coba bandingkan dengan apa yang diceritakan oleh mereka yang pernah secara langsung melawat ke Iran dan tepatnya di kota Qom. Tidak ada cerita tentang bayi-bayi yang katanya saban hari dibuang di selokan-selokan karena kebablasan melakukan praktik mut’ah, tidak ada cerita tentang masjid-masjid yang didalamnya ada praktik mut’ah berjamaah, tidak ada ole-ole cerita sahabat Nabi dilaknat dan dikafirkan di mimbar-mimbar, yang ada justru kekaguman-kekaguman yang kemudian mereka tuliskan dalam reportase mereka yang kemudian dimuat dimedia atau blog pribadi mereka.

Mereka informan mengenai Iran yang dengan tegas memperkenalkan identitas mereka. Siap mempertaruhkan nama baik pribadi dan lembaga mereka kalau terbukti apa yang mereka informasikan tentang Iran justru bersebrangan dengan faktanya. Silahkan baca note saya, “Mereka Datang, Melihat dan Memberi Kesaksian”, apa mereka tidak layak dipercaya atau punya kredibilitas buruk di tengah-tengah masyarakat Indonesia untuk membetikan informasi yang benar mengenai Iran?. Bandingkan dengan mereka yang menginformasikan mengenai Iran berbasis katanya, atau lewat isu-isu yang tidak jelas sumbernya.

Ketika yang digandrungi justru berita-berita tanpa sumber, tanpa sanad jelas, tanpa pertanggungjawaban ilmiah yang bisa diuji secara empiris, hanya karena itu sesuai dengan kepentingan pribadi dan memuaskan nafsu, apa ini petanda masyarakat Indonesia menukik pada era dimana nalar dimatikan dan akal tidak difungsikan?.

Dan layakkah mereka mengklaim diri aktivis Islam?

[Ismail Amin, sementara menetap di Iran]



Tulisan terkait:

http://www.voa-islam.com/read/islamic-world/2012/01/13/17392/gila-nikah-kontrak-syiah-dibandrol-300-dolar-mutah-perawan-bonus-150/www.aqrazavi.org;



http://www.nahimunkar.com/biadab-iran-menghukum-gantung-muslimah-ahlussunnah-reyhaneh-jabbari/



http://www.nahimunkar.com/qom-kota-bejat-di-iran/



http://www.eramuslim.com/berita/laporan-khusus/kisah-ganjil-dari-syiah-di-iran-nikah-mut-ah-bisa-sampai-seribu-2-habis.htm#.VGDGKfmUdyw



Mereka Datang, Melihat dan Memberi Kesaksian:

http://www.abna.ir/indonesian/cultural/paper/archive/2014/11/10/650519/story.html



Iran, Syiah dan Fitnah-fitnah Murahan itu :

http://www.islamtimes.org/vdcawinui49nai1.h8k4.html



KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun