Jokowi-JK & Lima Elemen Revolusi Mental
Sehari sebelum ke Makassar, Anies bersama beberapa rekan di tim Jokowi-JK telah membuat beberapa lima elemen penting apa yang disebut sebagai Revolusi Mental Birokrasi, seperti:
1. Dahulu penekanan pada program yang sudah dilaksanakan, sekarang diubah penekanan pada hasil yang sudah dicapai. Banyak program namun hasil yang minim.
2. Dahulu semua terlibat tapi tidak ada yang bertanggung jawab, sekarang diubah menjadi satu bertanggung jawab dan semua terlibat. JK sering kali biacara bahwa Pemerintah itu tugasnya memerintah bukan menghimbau, menghimbau itu tanggungjawabnya anak buah.
3. Dahulu kota mengarahkan desa, kini desa mengarahkan desa dan kota memantau dan membantu desa. Di desa banyak pengetahuan, banyak kearifan lokal, wisdom (kebijaksanaan) .
4. Dahulu, soal proyek, pemerintah merancang dan memimpin implementasi, sekarang diubah menjadi gerakan implementasi dan partisipatoris dan gotong royong. Misalnya dalam pembangunan saluran (gorong-gorong) warga, warga diminta terlibat langsung jangan hanya menonton. Program itu midsetnya tanggung jawab pada pengelola program sedangkan gerakan mindsetnya semua warga ikut bertanggung jawab. Indonesia dibangun dengan semangat gerakan gotong royong.
5. Dahulu orientasi pada pertumbuhan ekonomi yang cepat, sekarang rakyat hebat dengan kesejahteraan rakyat bukan persoalan Negara tapi rakyatnya.
Soal Pak JK, Anies Baswedan mencontohkan bahwa pak JK adalah orang yang tidak suka menghadiri peletakan batu pertama tapi pak JK hadir pada proses pembangunan, inilah bedanya pemimpin upacara dengan pemimpin pekerja. Kalau pemimpin upacara datang diawal dan diakhir ditengah tidak pernah datang, kita butuh pemimpin yang hadir saat proses. Ketika paak Jokowi jadi gubernur melakukan blusukan, konsekuensinya semua struktur mengalami kontraksi, semuanya kerja dan beergerak karena semua turun kebawah, tanpa rencana berlama-lama. Efeknya luarbiasa, rakyat diberbagai daerah menengok ke pemimpinnya bertanya kenapa tidak datang ke lapangan melihat langsung.
Ketika masih langka perusahaan peduli atas ketersediaan energy, Kalla Group telah membangun proyek besar PLTA Poso yang menyediakan suplai listrik bagi masyarakat, menerangi rumah tanggga di Sulawesi hingga anak-anak bisa belajar di malam hari, ibu-ibu bisa memasak dengan nyaman dan bapak-bapak bisa menonton bola. Secara finansial dua orang ini (Jokowi-JK) bisa saja hidup nyaman tanpa harus terjun ke pemerintahan, pak JK misalnya dengan usia yang tergolong sepuh dia bisa saja menghabiskan umurnya dengan anak cucu, namun keduanya tidak melakukannya, karena Indonesia butuh orang-orang yang mau peduli. Masalah republic ini tidak akan selesai jika orang-orang baiknya tidak mau repot-repot. Saya semakin yakin kita sudah memilih pemimpin yang tepat karena salah satunya ada orang hebat seperti Anies Baswedan bersama kita.
Dua jam bersama Anies Baswedan terasa pendek, untaian kalimat inspiratif dari tokoh pendidik nasional ini bagai oase di padang gurun yang tandus. Anies Baswedan telah menularkan energi postif bagi kami karyawan Kalla Group. Negeri ini butuh orang baik dan hebat menyelesaikan persoalan republik yang menumpuk. Tulisan ini tidak bisa menampung isi ceramah pak Anies kemarin. Terima Kasih Bapak. Anies Rasyid Baswedan, Ph.D.
Salam