Satu hal yang menarik perhatianku namun tak pernah ku perkirakan sebelumnya adalah mengenai pertanyaan mereka seputar tulisan karya ilmiahku. Setelah mereka memberikan selamat kepadaku, selalu saja diikuti pertanyaan mengenai apa judul dari skripsiku, dengan enteng aku menjawab “hantu merah”, namun ternyata tidak sesederhana itu, bukan jawaban Ooooo panjang yang kudapat, melainkan sebuah kernyitan di dahi, seolah mereka tidak yakin akan indera pendegarannya, maka mereka pun kembali bertanya, “apa tadi, hantu merah?” aku pun kembali menjawab “hantu merah”, lagi-lagi mereka mencoba meyakinkan diri untuk memastikan indera pendegaran yang mereka miliki berfungsi dengan baik, dan kali ini kernyitan di dahi semakin kentara, menunjukkan aura kebingungan akan apa maksud dari karya ilmiahku itu.
Niatku sederhana, menjawab pertanyaan mereka tentang skripsi ku, namun ternyata tidak sesederhana itu, karena aku harus menjelaskan hal yang sederhana itu menjadi lebih sederhana lagi, aku pun jadi bingung bagaimana menjelaskannya, karena memang benar itulah apa adanya, skripsiku memang mengenai hantu, “hantu merah” tepatnya. Bukankah itu hal yang eksotis? Meneliti mengenai hantu merah.
Ah sudahlah, yang terpenting masa-masa menulis skripsi telah kulewati dengan penuh suka cita, aku berkeliling ke tempat-tempat seram, aku mewawancarai mereka yang pernah melihat hantu, aku mendatangi dan memotret tempat-tempat yang ditunjukkan oleh para informan, baik pagi, siang, malam bahkan tengah malam, kudatangi setiap waktu, hingga aku tak lagi mengenal apakah matahari terbit dari barat?
Entah aku kerasukan atau apa, tapi memang begitulah yang kulakukan demi menulis skripsiku, kudatangi tempat-tempat seram itu tiap tengah malam untuk membuktikan ucapan para informan, kulakukan semua itu demi menjaga sifat keilmiahan tulisanku, dan hasilnya adalah skripsiku menjadi tebal tak ketulungan, 200 halaman lebih untuk menjelaskan mengenai eksistensi hantu merah ini dan lebih dari lima puluh ribu kata terdapat didalamnya. peluh dan keringat sudah kuperas untuk meraih titel kesarjanaan, terdengar agak lebai dan yah memang begitulah adanya.
Dan kini aku harus berkutat menjelaskan tentang “hantu merah” kepada masyarakat sebagai bentuk tanggung jawabku. Mencoba menjelaskan dengan sederhana, namun lagi lagi kendalanya adalah mengenai kepercayaan yang terlampau kuat, tak mungkin aku sendirian. Tapi yah memang begitulah kebudayaan, kita hidup ditengah-tengah kebudayaan. Dan itu sulit untuk diubah. Itu yang menjadi daya tarik jurusan yang aku tekuni, yaitu antropologi, berusaha mengerti mengenai kebudayaan dan memberikan gambaran menganai kahidupan, memang tak akan pernah utuh, namun terkesan eksotis bukan. Entahlah, ini bukan narsis, hanya sebuah sikap tanggung jawab terhadap skripsiku.
Eniwei, sederhananya, skripsiku itu tentang hantu, khususnya “hantu merah”, jadi yang aku teliti itu adalah mengenai cerita-cerita hantu merah yang beredar, aku menggunakan teori folklore untuk menjelaskannya, so yang aku lakukan adalah menjabarkan mengenai cerita-cerita hantu merah ini di dalam masyarakat, dari cerita-cerita tersebut didapatlah sebuah pola, bahwa ada kecendrungan untuk melebih-lebihkan ataupun mengurang-ngurangkan sebagian ataupun keseluruhan cerita yang ada, hal ini terkait dengan pemahaman dan pengetahuan mereka terhadap gambaran hantu sebelum dan sesudah mendegar cerita hantu merah. Sehingga cerita hantu merah ini akan selalu berbeda versi ketika diceritakan kembali. Nah perbedaan versi ini lah yang kemudian menjadi bahan kajianku. Yah, agak tidak sederhana memang, malah terkesan rumit, hehehe…
Oia, sedikit curhat, untuk membuktikan cerita-cerita mengenai hantu merah tersebut, aku melakukan pengujian di tempat-tempat yang terdapat di dalam cerita yang di paparkan oleh informan, sebut saja bangunan tua, hutan-hutan, kuburan, dan sebagainya. Aku mendatangi tempat-tempat tersebut berkali-kali dan itu aku lakukan pada saat-saat yang menyeramkan yaitu tengah malam dari pukul 11 malam hingga pukul 4 dini hari, hasilnya aku tidak melihat penampakan ataupun hal menyeramkan yang dideskripsikan oleh para informan. Hanya ada angin malam yang membuatku pilek, Percaya ataupun tidak, silahkan dicoba sendiri,
Aneh memang, itulah skripsiku, judulnya “hantu merah”, kalau kalian memang benar-benar penasaran, kalian dapat membaca hasil penelitianku, kalian dapat menemukannya di tiga tempat, yang pertama yaitu di perpustakaan Antropologi lantai 3 gedung B fakultas FISIP UI Depok, yang kedua yaitu di gedung MBRC lantai 3 fisip UI Depok, dan yang ke tiga adalah di perpustakaan terbesar se-Asia yaitu perpustakaan UI Depok.
Enjoy your weekend.