Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Artikel Utama

Film "Avengers: Age of Ultron" Lebih Hebat dari yang Saya Kira

22 April 2015   15:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:47 2145 0


Hari ini, penggila film di kota-kota besar Indonesia mulai menikmati film "Avengers: Age of Ultron", suguhan gambar-bergerak terbaru dari Marvel Studios.

Indonesia beruntung jadi negara pertama yang didatengin rombongan pahlawan super Marve bersama Belgia, Prancis Switzerland dan Finlandia. Negara-negara lainnya berada pada daftar tayang setelahnya.

Sekuel dari The Avengers yang menggabungkan jagoan-jagoan Marvel (Iron Man, Thor, Captain America, Hulk, Hawkeye, Black Widow dkk) ini memang sudah ditunggu-tunggu oleh para penggila komik Marvel dan penggemar film-film Hollywood. Tekanan yang diemban sutradara Joss Whedon memang sangat berat, mengingat sukses besar The Avengers, seri pertama franchise Avengers.

Kalau film pertamanya saja berhasil meraup satu milyar Dollar Amerika hanya dalam 19 hari pemutaran film di dunia, maka film kedua ini diharapkan jauh lebih sukses secara bisnis, yang artinya jauh lebih hebat dari film yang pertama, baik dari segi alur cerita, adegan, visual efek dan teknologi gambar-bergerak yang digunakan.

Para penggemar Avengers, termasuk saya, menaruh harapan super besar pada film kumpulan super hero ini.

Bayangkan saja. Kurang dari satu hari sejak trailer pertama "Avengers: Age of Ultron" dirilis di Youtube, cuplikan singkat ini ditonton oleh lebih dari 34 juta kali! Maka tak mengherankan kalau tiket di hari pertamanya ini ludes diserbu penggemar sejak Senin kemarin.

Saya beruntung bisa menikmati film ini semalam atas undangan Samsung Indonesia yang menjadi salah satu sponsor film tersebut. Tapi karena semalam merupakan pemutaran perdananya di dunia, peraturan cukup ketat diterapkan oleh panitia: Semua ponsel dan kamera disita alias tidak boleh masuk studio, dan insan media tidak boleh menuliskan ulasannya sebelum hari ini tiba.

Ketika film diputar di Studio 1 XXI Plaza Indonesia, saya langsung skeptis. Adegan penyerbuan para jagoan ke markas Hydra dalam rangka menemukan dan merebut tongkat milik Loki dari tangan Baron Von Strucker terlihat standar dan biasa.  Tapi setelah cerita bergulir, saya mulai menemukan apa yang saya harapkan dari film ini.

Secara keseluruhan Avengers: Age of Ultron menyuguhkan alur cerita berkelas dengan sekian banyak kejutan dan adegan fantastis. Konflik internal antar para jagoan masih membekas di sekuel ini, tapi dalam balutan cerita yang sama sekali berbeda. Maka ketika kamu melihat di trailer ada adegan Hulk berantem dengan robot Iron Man ukuran jumbo (Hulkbuster), jangan bayangkan konflik yang terjadi antara mereka dengan alur cerita yang sederhana.

Semua kehebatan yang ada di film pertama benar-benar direka-ulang dan dikembangkan dalam sebuah film yang jauh lebih hebat.

Kalau Anda pernah terkagum-kagum dengan serial film Hulk, Iron Man, Thor, ataupun Captain America saya jamin Anda akan kagum dengan film ini, karena Avengers: Age of Ultron mencoba menaikkan skala nilai rangkaian film superhero tadi satu tingkat lebih tinggi dalam sebuah balutan film super superhero.

Tapi bagaimana pun, kalau ada orang hebat, katakanlah presiden sedunia, berkumpul dalam satu ruangan, pasti ada satu-dua dari mereka yang menonjol dari lainnya. Begitu juga dengan Avengers. Ketika mereka berkumpul, ada yang menonjol dari yang lainnya, tapi reka-peran dan ikatan emosional antar mereka diceritakan dengan rapi dalam sebuah skrip yang menarik dan cair. Bahkan lucu dan menghibur.

Iron Man tetap berada di urutan atas karena dia orang paling kaya yang sumber teknologinya seakan tak terbatas. Tapi kepemimpinan Captain America sungguh luar biasa, sampai Stark bilang dia cuma petugas saja dalam kumpulan Avengers, sementara sang Kapten adalah bosnya.

Saya melihat peran Hulk juga sangat penting dalam film kedua ini, berkat kecerdasannya dan kemampuannya dalam merekayasa sel makhluk hidup. Sementara peran Thor sebagai perwakilan Dewa bisa dibilang mengayomi yang lainnya. Apalagi sumber kekuatan yang diperebutkan dan jadi inti cerita berasal dari Asgard, singgasana sang dewa.

Bagaimana dengan pahlawan super lain? Cukup seimbang dan punya peran yang sama besar. Beberapa kali saya membayangkan bagaimana jadinya film ini kalau tidak melibatkan Black Widow atau Hawkeye atau Quicksilver atau Scarlet Witch. Hasilnya saya bayangkan tidak lebih seru dibandingkan mereka semua hadir di dalamnya.

Bayangan ini juga terekam dalam sebuah adegan saat Scarlet Witch frustasi karena merasa dirinya yang paling bersalah. Hawkeye lalu memberikan motivasi yang intinya silakan saja kamu merasa bersalah dan ngumpet aja di balik bangunan ini. Tapi kalau kamu ikut berjuang, itu baru namanya Avengers.

Dan benar saja. Begitu Scarlet Witch bangkit dari kegundahannya, kekuatan yang dilepaskan sungguh luar biasa, memporak-porandakan pasukan Ultron yang terdiri dari robot-robot penuh kesumat.

Film ini menuntaskan rasa penasaran saya dan, lebih penting lagi, memuaskan ekspektasi saya, bahkan lebih dari yang saya harapkan.

Setelah keluar dari bioskop, ada satu hal yang saya sayangkan dari film ini, yaitu ada cukup banyak aksi yang permulaannya tidak mulus, terputus sepersekian detik dari adegan sebelumnya. Sehingga perasaan di sekitar para jagoan yang sedang berantem itu ada kamera dan sutradara yang beredar sesekali kali mencuat, mengganggu kenikmatan nonton.

Kalau kamu suka jenis film superhero, film ini wajib kamu tonton.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun