Ya, 35 tahun lalu, setelah orang-orang di Jakarta merayakan pesta pergantian tahun, ibu saya yang waktu itu sedang hamil tua melahirkan seorang anak laki-laki pada tanggal 2 Januari 1978. Anak itu diberi nama Iskandar Zulkarnaen.
Tahun ini menjadi lebih istimewa karena merupakan siklus lima tahunan perjalanan hidup saya. Siklus ini saya jadikan panduan setelah guru saya, KH Abdullah Syukri Zarkasyi (sekarang beliau masih berjuang untuk pulih dari penyakitnya), memberikan pelajaran soal bagaimana melewati hidup setiap lima tahun sekali. "Harus ada pencapaian baru yang diraih lima tahun ke depan," tegasnya di hadapan para santri.
Dan, bila melihat perjalanan sepuluh tahun terakhir, saya cukup puas dengan pencapaian lima tahunan yang telah saya raih. Pekerjaan yang saya geluti, yaitu mengelola Kompasiana dari sekedar blog internal menjadi "website berita dan opini independen yang dimotori oleh warga Indonesia", berkembang pesat. Lima tahun lalu, saya sukses diterima sebagai karyawan di lingkungan KOMPAS.com. Dan lima tahun sebelumnya, saya berhasil meraih gelar Sarjana Ekonomi Islam dari Universitas Islam Negeri Jakarta (dulu IAIN Jakarta).
Memasuki siklus lima tahun berikutnya, di usia yang genap 35 tahun, saya harus merancang sebuah target besar baru. Sebuah pencapaian yang benar-benar berdampak luar biasa bagi diri saya, keluarga dan lingkungan sekitar. Agar ketika saya, atas izin Allah swt, bernafas di usia 40 nanti, saya bisa kembali mensyukuri hidup yang begitu nikmat untuk dijalani.
Saya akan memulainya dengan mengasah inisiatif-kerja-mandiri dalam diri yang sudah terlalu dibiarkan tidur panjang. Istilah baru yang saya sebut itu bisa diartikan sebagai semangat wiraswasta atau, dalam bahasa Inggris, disebut sebagai entrepreneurship. Tapi lebih dari itu, semangat yang perlu saya kembangkan adalah menciptakan insiatif yang lebih besar dari sekedar inisiatif bisnis. Sebuah langkah yang tidak cuma didasari pada kreatifitas tinggi, tapi juga visi yang mampu mengantisipasi hadirnya bentuk kreatifitas berikutnya. Sebuah pola pikir yang tidak sekedar berpijak pada apa yang harus dilakukan, tapi pada apa yang harus disiapkan.
Saya adalah orang yang memiliki kemampuan mengelola ide, kepiawaian mengembangkan konsep, kecerdasan dalam memperluas ilmu yang didapat dan, tentu saja, keahlian dalam menulis, mengelola tulisan, menyajikan presentasi serta menyampaikan materi pelatihan di hadapan orang banyak. Tapi jujur, selama ini bakat, nalar, pola pikir dan kemampuan yang saya gali baru sebatas pada apa yang saya kerjakan. Saya harus mulai menjadi orang yang antisipatif, bukan sekedar kreatif. Apalagi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sangat pesat.
Untuk mencapai target tersebut, saya harus lebih keras memaksa diri untuk belajar. Menggali ilmu, menyerapnya lalu menjadikannya sebagai panduan dalam berkarya. Kalau perlu, saya akan tekan tombol 'pause' agar bisa lebih optimal dalam memperkaya diri dengan segudang ilmu pengetahuan, kecakapan dan wawasan.
Dan semua itu harus dimulai dari sekarang, tahun ini juga.
Itulah kurang-lebih resolusi saya untuk lima tahun ke depan. Semoga semua rencana tersebut mendapat kemudahan dan keberkahan.
Akhir kata, teriring doa agar kita semua mendapatkan kebaikan dan kesuksesan di setiap langkah dan niat baik sepanjang tahun ini, saya ingin mengucapkan: