Siapa yang tidak mengenal Habib Rizq, komandan tempur anti maksiat di NKRI, seorang yang kwalitas keislamannya, sehingga perjalanan hidupnya hanya diarahkan untuk tegaknya syariat di Indonesia. Mestinya lebih terkendali menghadapi nyanyian diluar, atau menanggapi dengan bahasa bahasa yang elegan yang menyenangkan pihak lain, meskipun tujuannya menolak tuduhan belaka.
Apalagi kalau Prinsip Imam syafii dipakai , sebagaimana yang diucapkan Habib Riziq di awal awal kajiannya ; "dituduh Rafidhi sekalipun, kalau kenyataannya termasuk orang yang mencinta ahlul bait, itupun tak dipungkiri oleh Imam Syafii". Sikap jelas Imam Syafii tanpak asasnya sangat kuat, dan ucapannya itu terdorong rasa cintanya kepada ahlul bait dan sahabat nabi. Tetapi tidak terlintas pada dirinya untuk menjadi sosok Rafidhi, yang menolak Ijma' wilayatul Islam dibawa pemimpin selain Ali. Karena faktor lain dalam Imam Syafii adalah penolakan terhadap Rafidhi, juga takfirnya Imam syafii terhadap Rafidhi, jelas kentara dalam memisahkan diri dari kelompok rafidhi, bukan bangga dengan Rafidhi. apa Kata Imam Syafii :" Lam Aroo Ahadan minar Rafidhi Illa Kaafiran [Aku Tak melihat seorangpun dari Rafidli meliankan dia sosok yang kafi]. Terus bagaimana dengan Habib Rizq yang menyandarkan pendapatnya pada Imam syafii yang lainnya, tanpa ucapan takfir Imam Syafii pada rafidi, itu tentu bisa menimbulkan dugaan lain , seolah Imam Syafii adalah rafidhi yang sejaran dengan syiah yang konon mencintai Ahlul bait menurut paramiter sekte itu sendiri.
Kalau dibaca lebih jauh lagi trasnkrip ceramah habib Rizq, justru indikasi kasi "HABIB RIZIQ ADALAH SYIAH", itu sangat jelas tertulis dari bantahan bantahan habib yang menyudutkan "Mu'awiyah dan Anaknya".Pembaca yang cerdas sudah pasti mengambil sikap "Mengira atau Menuduh dan Menyimpulkan" kalau Habib Rizq adalah Syiah . Sebab sepengatuan penulis, tidak ada kalangan ahlussunah waljamaah yang menyatakan celaan terhadap Mu'awiyah dan Putranya, bahkn berbagai pendapat ulama ulama seperti imam imam Fiqihpun diam dengan masalah yang terjadi pada waktu itu.
Masalah Husain Radhiya-Allahu'anhu meninggal dengan kepala dipenggal, itu masalah sejarah yang tak bisa didustakan, karena sebelum itu juga Ali bin Abi Thalib meninggal dengan perut tersobek, Usman meningal pada waktu mengaji dibantai oleh sekelompok orang dan Umar meninggal dengan bersimbah darah. Jadi tak perlu kita menjadi paranoid, cengeng menghadapi kenyataan sejarah. Yang jelas hati para ahlussunah mengutuk siapapun yang melakukan kedzaliman terhadap sahabat dan ahlul bait nabi. Hati semua orang Islam yang beriman pada Allah dan Rasulnya tak bisa menerima prilaku sadesme terhadap sesama Islam, apalagi pada sahabat dan penghuni rumah Nabi. Mungkin disinilah kedudukannya habib menempatkan diri, bukan sekedar mengorbitkan pembunuhan Husain karena kaitan nasab, tetapi harus meletakkan dasar anti sadesme secara benar, tidak berat sebelah yang kelak bisa melahirkan tuduhan "Habib Riziq Syiah".
Konsep pemikiran atau olah kata yang bisa menimbulkan persepsi "Habib adalah Syiah" memang sulit disadari oleh habib dalam paparannya, karena menggebu, heroik dan agitatif membela Husain yang meninggal bersimbah darah di padang Karbala. Biasanya hanya pendengar yan peka, dimana letak kesalahan habib berbicara, terutama ketika melempar bola "Mu'awiyah dan Putranya Rahimahulla", para penontonlah yang paling pandai menilai dimana letak kesalahan pemain di gelanggang, loyo , kurang semangat, tidak terlatih, kaku, dan arogan, maka yang mampu menilai itu semua hanyalah penonton.
Sikap Ulama Ahlussunah Terhadap Mu'awiyah Dan Putranya.
Nabi Bersabda