Ekopoetik adalah salah satu bentuk sastra yang mengeksplorasi hubungan antara manusia dan lingkungan alam. Menurut O'Loughlin (2023), Ekopoetik membutuhkan peran aktif manusia dalam mengakui ekosistem alam, dengan fokus pada penggunaan indera dan membangkitkan respons emosional yang mendorong akan praktik kehidupan yang berkelanjutan.
Oleh karena itu, untuk mempertahankan praktik hidup yang berkelanjutan, bentuk sastra yang dalam hal ini adalah puisi, memainkan peran yang sangat besar dalam mempengaruhi indera dan emosi manusia.
Alam adalah bagian dari lingkungan hidup manusia. Alam memainkan aspek penting untuk menjaga kesatuan dan stabilitas kehidupan manusia. Lebih penting lagi, alam juga merupakan habitat dari makhluk hidup lainnya yang tentunya memberikan kontribusi bagi kesejahteraan umat manusia.
Manusia tanpa alam akan menjadi bencana. Manusia yang acuh tak acuh dan tidak bertanggung jawab dapat menjadi ancaman akan kerusakan alam yang semakin lama semakin meningkat. Pembukaan lahan, penebangan hutan secara liar, dan perburuan satwa langka merupakan contoh kurangnya kesadaran manusia akan pentingnya menjaga kelestarian alam.
Oleh karena itu, kesadaran merupakan salah satu kunci untuk mencegah kerusakan ekosistem dan untuk mencapai kesadaran tersebut, ekopoetik adalah jawabannya.
1. Kekuatan Bahasa Ekopoetik
Bahasa yang digunakan dalam ekopoetik mampu menciptakan dampak yang kuat. Dengan kata-kata yang disusun sedemikian rupa, penulis mencoba menyampaikan pesan, protes, kesedihan, dan ajakan bagi pembaca untuk menyerap makna yang tersembunyi dan menarik pembaca untuk tenggelam ke dalam rangkaian kata-kata yang indah. Hal ini kemudian diikuti dengan pembaca yang terpengaruh dan tersentuh oleh ekopoetik tentang pentingnya hubungan antara alam dan manusia.
Seperti dalam salah satu karya W.S. Merwin yang berjudul To Ashes, ia memikat pembaca dengan imaji yang jelas dan deskripsi tentang pohon untuk menghadirkan rasa keberadaan suatu tempat dan hubungan dengan alam.
Memulai sebuah puisi dengan menyertakan detail sensorik dapat membantu pembaca terhubung dengan emosi dan suasana yang diciptakannya, menarik perhatian mereka dan membawa mereka ke dalam fokus yang lebih dalam.
To Ashes karya W.S. Merwin
“All the green trees bring
their rings to you
the widening
circles of their years to you
late and soon casting
down their crowns into
you at once they are gone
not to appear
as themselves again
O season of your own
from whom now even
the fire has moved on
out of the green voices
and the days of summer
out of the spoken
names and the words between them
the mingled nights the hands
the hope the faces
those circling ages dancing
in flames as we see now
afterward
here before you
O you with no
beginning that we can conceive of
no end that we can foresee
you of whom once we were made
before we knew ourselves
in this season of our own”
Puisi tersebut juga menggunakan gaya bahasa yang menggugah seperti penggunaan majas metafora, simile, dan personifikasi untuk menghidupkan suara dan pesan yang ingin disampaikan oleh alam. “circles of their years,” circles pada baris ini mewakili lingkaran pohon yang secara metaforis dibandingkan dengan usia manusia.
Majas simile yang ditunjukkan oleh “those circling ages dancing, in flames as we see now,” those dalam baris ini merepresentasikan manusia yang pada akhirnya, seperti halnya pepohonan, akan kembali menjadi abu di akhir kehidupannya. Dengan kata lain, manusia dan pohon adalah bagian dari alam yang bermula dan kembali kepada alam.
Hal ini melambangkan konsep kehidupan, serta awal dan akhir dari alam itu sendiri. Sementara personifikasi ditunjukkan dalam baris ini, “O season of your own, O season of our own.” your mewakili manusia yang disebutkan oleh pohon. Our mewakili pohon dan manusia setelah sang pohon yang menyampaikan bahwa keduanya memiliki akhir yang sama.
Puisi yang baik harus memberikan hubungan emosional bagi para pembaca dengan kata-katanya. Dalam puisi To Ashes karya W.S Merwin, dia memanfaatkan bahasa untuk membangkitkan perasaan yang ingin disampaikan untuk membawa pembaca ke dalam perasaan kagum, takjub, dan rentan terhadap alam.
Seperti pada baris, “late and soon casting, down their crowns into, you at once they are gone” Merwin menggunakan bahasa untuk membangkitkan emosi dari para pembaca. Puisi ini menciptakan kesan keindahan sekaligus kesedihan, dengan gambaran daun yang berguguran seperti mahkota yang merepresentasikan sifat konstan dari berlalunya waktu, serta lenyapnya warna-warna musim panas yang kian menghilang.
2. Ekopoetik dan Kesadaran Lingkungan
Karena ekopoetik adalah eksplorasi hubungan antara manusia dan alam, ekopoetik sering kali menyampaikan keluhan akan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Ekopoetik sering mengkritik industrialisasi, polusi, dan penggundulan hutan yang berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, Ekopoetik mengajak para pembaca untuk merenungkan dampak yang mereka timbulkan terhadap bumi dan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan isu-isu ekologi dan membangkitkan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan.
Sebagai contoh, dalam puisi berjudul The Peace of Wild Things oleh Wendell Berry, puisi ini mencerminkan kenyamanan yang ditemukan di alam di tengah-tengah kekacauan yang disebabkan oleh tindakan manusia. Seperti yang dinyatakan oleh Khan dkk., (2024), puisi Berry membandingkan masalah manusia dengan kedamaian di daerah tak bertuan dan memikat pemikiran manusia akan dampak manusia terhadap alam. Puisi ini menunjukkan bahwa selain penyembuhan diri, menemukan kenyamanan di alam juga dapat menanamkan kesadaran dan rasa meghargai yang besar terhadap lingkungan, mendorong tindakan manusia yang lebih sadar dan peduli akan dampak yang akan datang.
Perayaan keanekaragaman hayati melalui ekopoetik menyoroti keterkaitan yang mendalam dan nilai intrinsik dari semua makhluk hidup. Ekopoetik adalah genre yang menghubungkan kesadaran lingkungan dengan representasi puitis dan secara gamblang menggambarkan keanekaragaman alam yang kaya di Bumi. Seperti dalam puisi Wild Geese karya Mary Oliver yang mengeksplorasi ide harmonisasi manusia dan alam yang membantu orang untuk menghargai kekuatan alam.
Sementara The American Sunrise oleh Joy Harjo menyajikan perspektif penduduk asli yang tidak nyaman terhadap ketidaksetaraan lingkungan dengan cara yang indah (Khan et al., 2014). Karya-karya ini merupakan bentuk yang kuat untuk merayakan keanekaragaman hayati, mengingatkan kita untuk melindungi keseimbangan ekosistem dan menghargai semua makhluk hidup.
Ekopoetik bukan hanya karya yang mengeksplorasi hubungan antara alam dan manusia, namun juga menginspirasi para pembacanya untuk bersuara lantang dalam melindungi lingkungan penggambaran yang nyata melalui kata, respon emosional, dan ajakan untuk bertindak.
Dalam puisi Gary Snyder yang berjudul For The Children, ia menyampaikan pesan penuh harapan untuk generasi mendatang. Dia menggunakan gambaran bukit yang curam untuk mewakili rintangan dan kesulitan yang mungkin dihadapi manusia seiring bertambahnya usia. “Stay together, learn the flowers, go light,” melalui baris-baris ini, ia menyampaikan bahwa terlepas dari semua tantangan, selalu ada harapan dan manusia dapat menemukan kedamaian di alam (Able, 2021).
Ekopoetik adalah bentuk sastra yang mempelajari hubungan antara manusia dan lingkungan alam. Hal ini memainkan peran penting dalam mendorong praktik hidup yang berkelanjutan. Selain itu, puisi memiliki kekuatan untuk mempengaruhi indera dan emosi manusia yang dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga ekosistem.
Melalui bahasa yang kaya akan detail inderawi dan majas yang menggugah seperti metafora, simile, dan personifikasi, ekopoetik menyampaikan pesan dan emosi yang kuat.
Ekopoetik mengajak pembaca untuk terhubung secara mendalam dengan alam dan menyadari pentingnya hubungan ini. Ekopoetik juga berfungsi untuk meningkatkan kesadaran lingkungan dengan meratapi akan adanya kerusakan lingkungan dan mengkritik aktivitas manusia yang membahayakan.
Dengan merayakan keanekaragaman hayati dan menyoroti keterkaitan semua makhluk hidup, ekopoetik tidak hanya mengeksplorasi ikatan antara alam dan manusia, tetapi juga menginspirasi pembaca untuk mempromosikan perlindungan lingkungan melalui penggambaran melalui kata-katanya, respon emosional, dan ajakan untuk bertindak.
Daftar Pustaka
O'Loughlin, C. (2023). The Language of Ecopoetry and the Transfer of Meaning. The Trumpeter. https://doi.org/10.7202/1095383ar.
Khan, A. S., Shaikh, R., Behura, S., Gupta, P. P., & Vyas, A. K. (2024). Environmental Ethics in Poetry: An Empirical Study of Eco-Criticism. Educational Administration: Theory and Practice, 30(5), 845-855.
Able, V. (2021, June 28). Gary Snyder – For the children. The Dewdrop. https://thedewdrop.org/2021/07/01/gary-snyder-for-the-children/
Grace. (2016, January 26). Poetics: Ecopoetry. dVerse. https://dversepoets.com/2016/01/26/poetics-ecopoetry/