Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Alam & Tekno

Volume Otak Manusia Masa Kini Menyusut? Strategi Survive di Masa Depan

18 Desember 2022   22:00 Diperbarui: 18 Desember 2022   22:04 494 0

Perluasan volume otak manusia purba dari zaman ke zaman

Dalam kacamata sains, manusia terhitung spesies yang memiliki taksonomi seperti makhluk hidup lainnya. Para ilmuwan telah melakukan berbagai penelitian mengenai asal usul manusia. Seorang peneliti, Richard Leakey, menemukan fosil hominid yang cukup sulit untuk diklasifikasi karena sangat berbeda dengan Australopithecus sehingga diklasifikasikan ke dalam genus yang berbeda. Penemuan tersebut adalah Homo habilis. Homo habilis dianggap sebagai awal dari Homo. Perbedaan yang mencolok terlihat dari segi kapasitas tengkorak yang lebih besar dan struktur gigi geligi yang lebih kecil. Perkembangan hominid lainnya setelah Homo habilis adalah Homo erectus, Homo neanderthal, Homo cro-magnon, dan Homo sapiens. Menurut ilmuwan, manusia modern saat ini merupakan satu-satunya spesies Homo sapien yang masih ada. Munculnya klasifikasi genus homo ini didasari oleh adanya perbedaan secara fisik, terutama kapasitas tengkorak dan struktur gigi. 

Peneliti menganalisis kapasitas tengkorak untuk menunjukkan perkiraan volume otak manusia purba. Selain melihat perbedaan ciri fisik yang signifikan, para peneliti juga mempertimbangkan pola hidup manusia purba kaitannya dengan interaksi sosial dan kebudayaan. Diduga volume otak mempengaruhi pola hidup manusia purba. Semakin besar volume otak manusia, kecerdasannya semakin tinggi pula. Penelitian yang dilakukan oleh Sukamto dkk (2016) mengenai estimasi volume otak berhubungan dengan prestasi belajar, mendapati adanya korelasi antara volume otak dengan intelegensi. Otak manusia terbentuk atas lipatan-lipatan yang disebut gyrus. Daerah lipatan-lipatan ini berfungsi untuk memperluas cortex yang menjadi pusat logika dan penyimpanan memori. Hal ini memperkuat argumentasi bahwa perkembangan interaksi sosial dan budaya manusia purba yang semakin maju dan kompleks adalah hasil dari evolusi otak manusia. Semakin besar volume otak manusia, semakin dalam pula logikanya sehingga mampu mewujudkan inovasi dan modifikasi baru untuk bertahan hidup menyesuaikan lingkungan.

Homo sapien dikenal sebagai manusia yang paling cerdas diantara genus homo lainnya. Kapasitas otak homo sapien berkisar antara 1.200 - 1.800 cc. Mari kita lihat semua rasa, cipta, karya yang timbul dari pemikiran-pemikiran manusia modern. Lihat bagaimana manusia modern menciptakan karya seni yang indah, teknologi canggih, interaksi yang luas. Lihat bagaimana manusia modern mampu menegakkan gedung dengan segala strateginya agar aman dari bencana alam. Lihat bagaimana energi-energi alternatif mulai dikembangkan demi ketersediaan energi di masa depan. Lihat bagaimana dunia sungguh berkembang pesat dan betapa kompleksnya logika manusia. Setujukah Anda, bahwa secara garis besar, kapasitas otak menentukan lolos atau tidaknya manusia dari seleksi alam? Pada purbakala, manusia dapat bertahan hidup karena mereka mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi dapat berbentuk penemuan solusi terhadap masalah yang manusia purba alami. Jelas hal ini melibatkan logika dan pengetahuan. Begitu juga dalam konteks modern, seleksi alam bukan lagi mengenai persaingan rantai makanan, cuaca, dan sebagainya, melainkan kompetisi dalam hal ekonomi, sosial, politik, teknologi, dan sebagainya. 

Volume otak manusia masa kini mengalami penyusutan

Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh nutrisi yang diperoleh dari makanan. Maka sangat penting untuk menjaga pola konsumsi kita agar otak tidak kekurangan nutrisi. Benarkah volume otak manusia generasi akhir-akhir ini menurun? Apa penyebabnya? Sebuah jurnal Biologi Manusia menerbitkan hasil penelitiannya pada tahun 1988 yang menganalisis lebih dari 12.000 volume otak Homo sapiens, didapati telah terjadi penurunan volume otak sekitar 10% pada laki-laki dan 17% pada perempuan. Nutrisi memberikan sumbangan signifikan terhadap pembentukan volume otak dan pertumbuhan fisik manusia. Anak-anak dengan status gizi kurang, masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat, terutama di Indonesia. Masalah ini memberi kontribusi terhadap tingginya rata-rata angka kematian. Penelitian Papotot dkk (2021), menyebutkan bahwa nutrisi berpengaruh pada fungsi kognitif otak, pertumbuhan fisik, fungsi fisiologis, dan respon imun. Gizi yang dibutuhkan oleh tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral, jika terjadi kekurangan, maka akan terjadi ketidakseimbangan antara jumlah asupan gizi dengan kebutuhan penggunaan zat gizi oleh tubuh khususnya otak. Akibatnya, kemampuan berpikir akan menurun dan mempengaruhi perkembangan motorik pula. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun