Seorang teman, baru saja dapat beasiswa. Informasi yang ku dengar ia adalah mahasiswa yang terlibat aktif di kelompok sosialis kiri, namun berita itu belum membuat aku yakin. Dari keseharian yang ku temui, ia tidaklah kiri,-sebagaimana yang aku bayangkan selama ini. Buktinya ia tidak sebegitu berani berhadapan dengan resiko, ketika konsekuensi ideologis mengharuskannya melawan penguasa.
Cukup dulu tentang dia, soalnya saya bukan sedang ingin mengungkit-ungkit persoalan pilihan ideologis, apalagi aku juga seorang demokrat, jadi sudah sepantasnya aku menghargai pilihan ideologi orang lain. Siapa sih yang tidak senang dapat beasiswa? apalagi mahasiswa semester akhir, lagi butuh uang banyak, buat membiaya skripsi, diktat, uang sidang, serta, tetebengek lain dan khusus di Aceh ditambah uang minum kupi,-alias peng jep kupi bahasa Acehnya. Tau sendirilah, sistem pendidikan negeri ini. "tanpa uang, tak ada pendidikan". Nah kawan ku ini kebetulan semester akhir, tadi aku sms dia, nampaknya kawan ku itu sedang sumringah, ketiban rejeki nomplok, beasiswa Pemkab Aceh Utara. Walaupun beasiswa itu belum di cairkan semua, baru 450 orang saja yang telah ditransfer haknya, itupun cuma mahasiswa yang kuliah di IAIN Ar-Raniry. sementara itu, hampir duaribuan orang lainnya belum sebegitu beruntung, entah apa alasan Pemkab Aceh Utara membuat tahapan dalam penyaluran.
Memang, beasiswa itu banyak bermasalah sejak awal. Singkat ceritanya begini, Di permualaan tahun lalu (2009) pemkab Aceh Utara membuat pengumuman untuk mengajukan permohonan beasiswa bagi mahasiswa kurang mampu asal daerah itu, dengan syarat-syarat tertentu seperti ngurus beasiswa laen-laen juga. sampai akhir tahun beasiswa itu tak kunjung cair, padahal sekitar bulan desember 2009, pemkab sudah mengumumkan siapa saja yang lulus seleksi, bahkan mereka diminta menandatangani kuitansi tanda terima uang. Namun sampai mati tahun anggaran beasiswa itu tak diterima mahasiswa. pemerintah beralasan, mahasiswa tak melampirkan rekening bank, padahal syarat tersebut takpernah muncul di persyaratan awal. Akibat dari lambatnya proses pencairan, terjadilah protes dimana-mana. Ada yang berunjuk rasa, sebutlah IMAU (Ikatan Mahasiswa Aceh Utara) misalnya, ada yang buat siaran pers mempertanyakan seperti yang dilakukan BEM Unimal dan IPAU di Banda aceh. bahkan tanggal 19 Maret 2010, IPAU di dampingi pengacara Hendri Rachmadhani, SH membuat laporan resmi ke Polda Aceh terkait dugaan penipuan atas beasiswa itu. Puncaknya, tanggal 5 April 2010, bertepatan dengan diadakannya pertemuan koordinasi Pimpinan Pemerintah seluruh Aceh di kantor gubernur, mahasiswa yang mengatas namakan dirinya Solidaritas Korban Beasiswa Pemkab Aceh Utara (So-KAB) melalukan unjuk rasa di kantor Gubernur, mereka mampu membuat Bupati Aceh Utara menemui mereka dan memberikan janji pencairan hak mereka akan diberikan akhir Mei 2010. namun sampai akhir mei tak ada realisasi.
Baru kemarin (26/06/2010), beasiswa itu cair sebagian seperti yang aku sebut di atas. Karena sudah terima, kawan ku juga ada yang dapat, dia mengajakku minum kopi Aceh, ditempat yang murah meriah. Minum kopi Aceh bersama setelah ada rejeki merupakan satu tradisi tersendiri aktivis mahasiswa di Aceh untuk saling mendiskusikan berbagai hal, termasuk menggerakkan demonstrasi-demontrasi jalanan. Penelusuran saya, banyak aksi-aksi mahasiswa yang di mulai dari jep kupi Aceh. Harapan saya semoga yang sudah mendapat beasiswa agar menggunakannya dengan baik, sementara yang belum rejeki, tunggu dulu, kita sabar sebentar saja.
Alhamdulillah, sekarang persoalan beasiswa itu sudah boleh dikatakan selesai, Pemerintah Kabupaten Aceh Utara sudah menyalurkan kepada hampir seluruh penerima beasiswa. Tinggal beberapa orang lagi yang belum menerima haknya, itupun karena persoalan teknis. saya berharap, hal itu cepat terselesaikan.