Mohon tunggu...
KOMENTAR
Olahraga Artikel Utama

Pertaruhan QNB bagi Sepakbola Indonesia

6 April 2015   15:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:28 171 0
Setelah beberapa kali penundaan, akhirnya kompetisi kasta tertinggi persepakbolaan tanah air bergulir juga sejak tanggal 4 April lalu. Tidak tanggung-tangung, setelah beberapa tahun kompetisi berlangsung tanpa embel-embel nama sponsor, sekarang sebuah bank besar berskala internasional, Qatar National Bank (QNB) bertindak sebagai sponsor utama. Sebutan kompetisi pun berubah menjadi QNB League.

Meskipun QNB adalah bank besar, namanya relatif tidak dikenal oleh masyarakat kita, sampai di tahun 2011 QNB masuk ke bisnis perbankan Indonesia dengan mengakuisisi mayoritas Bank Kesawan, sebuah bank berskala kecil yang berkantor-pusat di Medan. Nama bank-nya berubah jadi Bank QNB Indonesia dengan kantor di Jalan Sudirman, Jakarta.

Dalam sejarah kompetisi profesional sepakbola tanah air, ini adalah kali kedua sebuah bank mau "bertaruh" mengucurkan dana besar dengan imbal hasil yang sulit dikalkulasi. Secara hitung-hitungan, sebetulnya belum tentu "masuk". Dulu pun saat Bank Mandiri menjadi sponsor di tahun 1999 - 2004, Bank Mandiri baru saja beroperasi yang merupakan merger 4 bank (BBD, BDN, BEII dan Bapindo). Sekarang, QNB pun relatif baru. Sepertinya, memang diniatkan agar nama perusahaan dikenal masyarakat secara luas, dan sepakbola cukup ampuh sebagai ajang memperkenalkan diri.

Beda kalau yang menjadi sponsor adalah dari industri rokok. Bisa jadi, menjadi sponsor sepakbola menguntungkan secara finansial, mengingat regulasi ketat yang membatasi promosi rokok (tidak boleh beriklan langsung di media cetak ataupun di televisi). Tidak heran kalau kelompok Djarum "betah" menjadi sponsor dari tahun 2005 sampai 2011. Sebelum Liga Djarum dan Liga Mandiri, pernah juga hadir Liga Dunhill dan Liga Kansas, yang keduanya adalah merek rokok.

Mudah-mudahan ini menjadi angin segar bagi sepakbola Indonesia, di tengah suasana "panas" PSSI versus Menpora. Namun demikian, perlu dicatat bahwa untuk sponsor klub, rata-rata masih mengandalkan Bank Pembangunan Daerah atau perusahaan besar yang ada di daerah tempat klub bermarkas. Freeport untuk Persipura, Bukit Asam untuk Sriwijaya, mungkin saja menganggap menjadi sponsor sebagai bentuk CSR atau "pertanggungjawaban sosial" sehinga tidak perlu kalkukasi bisnis yang jelimet. Apalagi Semen Padang, satu-satunya perusahaan yang masih setia memelihara klub sepakbola profesional, menjadikan sepakbola tidak saja sebagai CSR tapi sekaligus sumber kebanggaan daerah. Dulu pernah ada PKT Bontang, Petrokimia Gresik, Karakatau Steel, tapi tidak berumur panjang.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun