Lebih parah lagi ada saja orang yang mengaku mantan pekerja dari kantor tempat anda bekerja, bertandang ke tempat anda, sambil cerita istrinya habis kecelakaan dan sekarang lagi dioperasi di rumah sakit, buntut-buntutnya minta sumbangan. Lain waktu, bisa saja ada orang yang cerita bahwa ia sekampung dengan anda, atau satu sekolah meski beda angkatan, dan saat ini habis kena PHK. Kalau anda tergerak untuk memberi uang, ya ikhlas saja. Kalau anda tidak tergerak, karena modus operandi begitu amat sering terjadi, anda minta maaf, lalu pura-pura sibuk bekerja.
Ibukota memang penuh sesak dan tidak mampu menampung jutaan pendatang. Mereka tercabut dari kampungnya, karena di kampung juga kondisinya tidak lebih baik. Kewajiban negara untuk menyediakan lapangan pekerjaan, ya masih gitu-gitu aja. Kalau lagi kampanye, politisi gampang saja mengatakan akan menciptakan sekian juta lapangan kerja. Tapi kenyataannya, parameter statistik yang diutak-atik, sehingga menghasilkan penurunan jumlah penganggur.
Konon, kita segera akan memasuki era yang disebut bonus demografi, dalam arti jumlah jumlah penduduk usia produktif makin banyak. Tapi kalau tidak tercipta lapangan kerja yang memadai, apakah namanya bukan bencana demografi?