Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

"Mamacik" Tidak Selamanya Enak

3 Juni 2014   19:06 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:45 87 2
Menteri Agama tersandung kasus, antara lain diduga membawa anggota keluarganya naik haji dengan memakai sumber dana yang tidak pantas. Memberikan keistimewaan kepada anggota keluarga, sahabat, atau relasi lain dengan memanfaatkan kedudukan seseorang merupakan praktek nepotisme yang sebetulnya ingin dikikis saat reformasi bergulir tahun 1998 yang lalu. Namun tentu sangat tidak gampang, jangankan mengikis, bisa mengurangi saja sudah bagus.

Teman saya, sebut saja Andi, punya posisi lumayan di kantornya. Andi selalu pusing tujuh keliling setiap ketemu saudara-saudaranya, baik ketika pulang kampung atau saat berkomunikasi via telepon. Sudah lebih 25 tahun ia bekerja, belum satupun familinya yang berhasil dimasukkan bekerja oleh Andi di kantornya. Penafsiran bahwa "sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain" telah ditafsirkan secara keliru leh keluarganya.

Tersebutlah Om Salam, masih terbilang paman dari Andi, sewaktu si om dulu "mamacik" (istilah Padang untuk mengatakan seseorang punya posisi bagus), yakni menjabat kepala dinas di suatu provinsi, puluhan famili, termasuk anak dari temannya, berhasil ia masukkan jadi PNS. Nama si Om betul-betul harum di kota asalnya. Andi jadi mati kutu kalau keluarganya membanding-bandingkan ia dengan si Om. Sia-sia Andi menjelaskan bahwa sekarang zaman sudah beda. Sekarang zaman reformasi. Tapi keluarganya punya bukti lain, bahwa membantu keluarga dapat kerja atau dapat proyek masih berlaku.

Sejauh ini Andi hanya bisa memberi panduan bagaimana persiapan yang harus dilakukan anggota keluarganya yang akan ikut tes penerimaan pegawai baru di kantornya atau di kantor lain. Apa kiat-kiat psikotes, apa kiat-kiat tes wawancara, dan sebagainya. Tapi ya begitulah, saudaranya gagal. Berikutnya ada lagi saudaranya yang dipanggil. Kali ini setelah "perang batin" dengan diri sendiri, Andi memberanikan minta tolong kepada temannya yang menjabat Kepala Personalia. Temannya bilang, untuk psikotes karena pakai psikolog luar tidak mungkin direkayasa. Tapi kalau lolos psikotes, dan berlanjut ke wawancara, temannya akan coba mengatur dengan tim pewawancara sepanjang nilainya tidak terlalu jeblok. Hasil akhir justru saudaranya gagal di tes wawancara. Parahnya, selentingan beredar rumor bahwa beberapa peserta seleksi bisa lulus dengan membayar sejumlah tertentu kepada oknum tim seleksi. Rumor ini oleh keluarga Andi dianggap benar.

Begitulah, "mamacik" tidak selamanya enak. Banyak yang minta titip memasukkan anak kerja, menitipkan agar dapat proyek, dapat sponsor, memindahkan seseorang yang sudah bekerja di instansi tersebut ke kantor yang ada di kota tertentu. Banyak juga yang bertandang sekadar untuk minta sejumlah uang dengan dalih untuk ongkos rumahsakit, untuk tanspor pulang kampung, untuk pembangunan masjid, untuk biaya reuni, dan sebagainya. "Mamacik", emang enak?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun