Ketika era The Mercy's berakhir, karir Rinto malah lebih melejit lagi, sebagai pencipta lagu paling laris di akhir 70-an sampai awal 80-an. Tidak terhitung lagu yang diciptakannya, dan juga banyak sekali penyanyi yang diorbitkannya. Hampir semua penyanyi wanita top di era tersebut mendendangkan lagu Rinto, yang mendayu-dayu dan melankolis. Hetty Koes Endang, Betharia Sonata, Christine Panjaitan, Nia Daniati, Iis Sugianto, adalah beberapa di antaranya. Meski tidak ada catatan resmi, menurut Rinto, lagu "Jangan Sakiti Hatinya" yang direkam tahun 1979 dan dinyanyikan Iis Sugianto, terjual sampai 4 juta kaset (lihat buku Theodore KS, Rock n Roll Industri Musik Indonesia, Penerbit Buku Kompas, 2013). Saat itu selama beberapa bulan lagu tersebut selalu menghiasi stasiun radio di seluruh Indonesia.
Bisa jadi yang paling kontroversial adalah lagu Rinto "Hati yang Luka" yang dinyanyikan oleh Betharia Sonata. Liriknya yang antara lain berbunyi "Pulangkan saja aku pada ibuku atau ayahku" dan menceritakan penderitaan seorang istri yang terkena apa yang sekarang disebut sebagai KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), konon dinilai cengeng oleh penguasa saat itu. Harian Kompas pernah menayangkan karikatur bergambar Menteri Penerangan Harmoko sedang terisak-isak sambil berkata "Stop Lagu Cengeng".
Cengeng atau melankolis, terpulang ke masing-masing pendengar. Memang, lagu Rinto cenderung "lembut", sampai ada ungkapan "badan Rambo ber-hati Rinto" untuk menggambarkan laki-laki yang gagah tapi berhati lembut. Apapaun juga, Rinto Harahap adalah nama besar dalam industri musik tanah air. Selamat jalan Rinto Harahap.