batu dan tongkat tumbuh subur, rakyatnya pun makmur
ngteh pagi hari ngeubi sorenya di alun-alun rumah
nan bersih dan teduh, DULU.
KINI, negeri ini sudah kotor dan merongsok
batu membara tiang-tiang kayu mengelinding
membakar dan merubuhkan rumah-rumah
merontokkan daun teh dan pohon ubi-ubi,
air pun tak lagi teman pemuas dahaga
rakyatnya durhaka lupa nasihat negerinya:
di kantor korupsi, di diskotik ngeganja, bahkan di rumah
tertawa merencanakan perceraian.
Kemarin, tadi pagi, dan besok dini hari pun
negeri tidak jemu-jemunya memesan
keranjang sampah yang besar dan luas
untuk tempat sampah-sampah membusuk menusuk ulu hati:
pembuang sampah yang menyumbat saluran-saluaran air kecil,
para koruptor yang menyumbat saluran-saluran kehidupan,
para durhakawan yang sudah melupakan nasihat-nasihat negeri.
"Anakku, begitu besar dan luasnya
keranjang sampah yang harus kau siapkan untukku
untuk mengubur sampah-sampah yang ada di sekitarku itu".
Jakarta, 16 Februairi 2014