Tatkala kemarin Malaysia mengalami kebanjiran sehingga pertanian sayurnya banyak yang rusak, Singapura yang jadi tuiuan utama hasil sayur itu tentu saja kelimpungan. Kendati begitu, mereka bukan langsung mengalihkan pasokan sayur dari Indonesia. Negara ini justru menyuruh warga menanam sayur di apartemennya.
Padahal di tanah air banyak daerah yang mengelola pertanian sayur. Seperti di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan berbagai daerah di Jawa. Bahkan, Pekanbaru sendiri pernah mengekspor sayur ke Singapura. Kawasan pertaniannya di sekitaran bandara Sutan Syarif Kasim di Kartama, Kota Pekanbaru. Dari kejauhan tampak tanaman ditutupi kelambu untuk mencegah hama.
Tapi, ekspor sayur itu hanya beberapa saat saja. Terdengar kabar Singapura menolak karena sayurnya mengandung pestisida. Obat anti hama. Di daerah lain mungkin mengalami nasib yang sama, sayurnya ditolak.
Terbersitnya rencana Singapura untuk membeli telur dari Indonesia maka pantas untuk diapresiasi. Ini membuktikan negara tetangga itu haqkul yakin telur Indonesia sudah hygenis dan sesuai dengan standar kesehatan. Tinggal lagi menunggu diliriknya sayurmayur dan bahan pangan lainnya.
Dari segi bisnis tampaknya perdagangan telur ini bisa mendatangkan keuntungan. Menurut pantauan pasar harga telur di swalayan di Singapura kemarin adalah 7,85 dolar Singapura atau sekitar Rp 88.600 untuk 30 butir atau 2 kilogram telur. Sedangkan  di Jakarta pada saat yang sama harganya Rp 49.000. Berarti ada selisih harga hampir dua kali lipat. Dengan kata lain, dipotong dengan biaya pengiriman tetap masih ada keuntungan.
Kendati begitu, para peternak ayam harus tetap menjaga kualitas dan rutinitas pengiriman. Berdagang dengan Singapura tentu saja mengikuti kaidah perdagangan internasional. Bukan hantam kromo saja. Telur busuk atau yang retak jangan diikutkan.
Bagi peternak telur juga harus pintar berhitung. Sebab pakan ternak sangat tergantung dengan fluktuasi dolar. Dan hygenitas telur juga harus terus dijaga. Bak kata pepatah: sekali lancung ke ujian. Begitu Singapura menemukan telur tidak hygenis, akan tamatlah jualan telur dengan kita. Dan untuk mengembalikan kepercayaan dibutuhkan waktu yang pajang. Semoga. (irwan e siregar)