Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Berapa Lama Lagi Media Massa Bertahan Hidup?

2 Februari 2022   14:35 Diperbarui: 3 Februari 2022   08:27 275 8
BERTEMU dengan seorang wartawan media termuka di tanahair dalam suatu acara makan siang di hotel berbintang lima di Pekanbaru,  pertengahan bulan. Dalam bual-bual dengannya,  ia  memperlihatkan jari tangan untuk mengatakan berapa tahun lagi dia akan pensiun. "Tapi belum tahu, saya yang duluan pensiun, atau medianya," katanya sembari tertawa mesem.

Boleh jadi itu cuma gurauan semata. Namun, dari nada suaranya tersirat ada kekhawatiran. Betapa tidak, sudah banyak contoh media cetak yang kolaps akibat kalah dalam persaingan yang demikian ketat. Tak hanya di tanahair, di luarnegeri pun bejibun media cetak yang kolaps. Koran sekaliber Wall Street Journal saja bangkrut di Eropa dan Asia.

Koran tertua di Malaysia yang sudah berusia 80-an, Utusan Malaysia, juga gulung tikar pada 2019 lalu. Hampir seribuan karyawannya terpaksa menganggur. Di tanahair sendiri dikabarkan lebih 20-an media cetak yang tenggelam. Di antaranya Sinar Harapan yang pernah jaya semasa orde baru, dan Koran TEMPO yang cukup bergengsi.

Alasan utama tutupnya media cetak ini tak lain karena bermunculannya media online bak cendawan di musim hujan.  Bermodalkan smartphone, dalam sekejap orang sudah menjangkau informasi dari seluruh penjuru dunia. Tak ada lagi  cerita pagi-pagi menunggu loper koran di depan pintu rumah untuk membaca berita terbaru.

Tak pelak lagi,  para pemilik media cetak ini langsung banting stir membuat media online. Dengan modal membuat Perseroan Terbatas (PT) yang katanya kini cuma berbiaya Rp 1 jutaan, bermunculanlah media cetak yang kini diembeli dengan .com, co.id, atau .co saja karena co.id kurang sedap terdengar. Tribun.com di bawah Kelompok Kompas Gramedia (KKG) jor-joran mendirikan portal di kota-kota di seluruh penjuru tanah air. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun