Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerita Pemilih Pilihan

Politik dan TikTok: Mengapa Semua Calon Ingin Jadi Selebgram?

3 Januari 2024   10:17 Diperbarui: 3 Januari 2024   10:21 155 1

Ketuk, ketuk, swipe, dan goyangkan badanmu! Selamat datang di era di mana politik bertemu dengan goyangan TikTok.

Siapa sangka, kini para calon politisi terlihat tak sabar untuk mengejar ketenaran di jagat maya.

Mereka bukan lagi hanya figur politik yang tampil serius di panggung debat, tapi juga selebgram yang mencoba menarik perhatian pemilih lewat gerakan-gerakan kocak dan tantangan TikTok. Pertanyaannya, mengapa semua calon ini tiba-tiba ingin jadi selebgram?

Goyangan Politik di TikTok: Siapa yang Paling Kece?

Awalnya, mungkin kita hanya melihat goyangan-berhadiah di TikTok sebagai hiburan semata.

Namun, tidak butuh waktu lama untuk menyadari bahwa ini adalah strategi baru para politisi untuk menjaring perhatian pemilih muda.

Dari goyangan ala kandidat presiden hingga tantangan dansa cawapres, semua tampaknya ingin merajai TikTok. Lantas, mengapa mereka tiba-tiba tertarik menjadi selebgram?

Politik Tradisional vs. Politik Modern: Melirik Pemilih Muda

Para politisi sadar betul bahwa dunia telah berubah, dan pemilih muda menjadi kekuatan yang tak bisa diabaikan.

Di antara sekian banyak platform media sosial, TikTok muncul sebagai arena yang paling atraktif bagi generasi Z dan milenial.

Dengan goyangan dan tantangan yang kreatif, politisi mencoba untuk "ngikutin arus" demi menciptakan citra yang lebih dekat dan bersahabat.

Bukankah menarik melihat kandidat presiden mengusung gerakan khas mereka sendiri, seolah-olah mereka adalah bintang pop yang baru saja merilis lagu terbaru?

Semua ini adalah bagian dari upaya menciptakan citra yang lebih modern, menggantikan kesan kaku politik tradisional yang mungkin masih tertanam di benak pemilih muda.

Selebgram: Jembatan ke Hati Pemilih?

Tetapi, apakah goyangan dan tantangan TikTok benar-benar bisa menjadi jembatan ke hati pemilih?

Sebagian orang mungkin melihat ini sebagai langkah yang lucu dan menghibur, sementara yang lain mungkin merasa bahwa politikus seharusnya serius dan fokus pada isu-isu yang lebih mendalam.

Pertanyaan filosofis muncul: apakah kita bisa mempercayai pemimpin yang memasang wajah senyum lebar sambil bergoyang di TikTok?

Meski terdapat perbedaan pandangan, faktanya, strategi ini terbukti berhasil dalam menarik perhatian.

Jumlah pengikut di media sosial para politisi yang aktif di TikTok melonjak tajam.

Terlepas dari sikap skeptis beberapa kalangan, tidak bisa dipungkiri bahwa goyangan dan tantangan TikTok telah membawa politik lebih dekat dengan pemilih, khususnya generasi yang lebih muda.

Jadi, Apa yang Sebenarnya Pemilih Muda Inginkan?

Ketika mencoba meraih hati pemilih muda, para politisi seolah-olah berlomba-lomba untuk menjadi bintang TikTok terbaik.

Tapi, apakah ini benar-benar apa yang pemilih muda inginkan? Atau justru, mereka lebih menghargai kejujuran, keterbukaan, dan solusi konkrit terhadap permasalahan yang dihadapi generasi mereka?

Bukankah lebih baik para politisi fokus pada penyampaian program-program nyata dan solusi konkret alih-alih sekadar memamerkan gerakan tarian yang kekinian?

Mungkin, pemilih muda menginginkan sesuatu yang lebih substansial, sesuatu yang menggugah emosi mereka dan memberikan keyakinan bahwa masa depan akan lebih baik.

TikTok dan Politik: Menggugah Emosi atau Sekadar Hiburan?

Bagaimana seharusnya kita menanggapi goyangan politik di TikTok? Apakah ini menggugah emosi atau sekadar hiburan semata? Pertanyaan ini membawa kita pada dilema di antara dua kutub pemikiran.

Di satu sisi, melibatkan pemilih melalui platform yang digemari adalah tindakan cerdas dan responsif terhadap perkembangan zaman.

Di sisi lain, risiko trivialisasi isu-isu serius dan kehilangan fokus pada substansi politik mungkin tak bisa diabaikan.

Namun, kita perlu memberikan kredit kepada para politisi yang memilih untuk beradaptasi dengan perubahan.

Mereka tidak hanya melihat pemilih muda sebagai sumber suara, tetapi juga sebagai bagian integral dari perubahan sosial dan budaya. Mereka berusaha menyentuh hati dan pikiran pemilih muda melalui cara yang lebih akrab dan dekat dengan realitas mereka.

Kesenjangan Generasi dan Peluang untuk Bersatu

Terlepas dari segala kontroversi, munculnya politik TikTok juga membawa kesempatan untuk mengatasi kesenjangan generasi. Bagaimana tidak?

Para politisi harus membaca tren, mengikuti irama, dan merangkul keberagaman opini. Inilah peluang nyata untuk membangun jembatan antara pemimpin masa kini dengan generasi penerus.

Mungkin, pada akhirnya, ini adalah panggilan bagi kita semua untuk tidak hanya melihat goyangan TikTok sebagai hiburan semata.

Kita bisa melihatnya sebagai cara bagi pemimpin untuk membuktikan bahwa mereka bisa beradaptasi dengan perubahan dan mendengarkan aspirasi pemilih muda.

Jika disikapi dengan bijak, mungkin, politik TikTok bisa menjadi langkah awal untuk meredakan kesenjangan dan menciptakan dialog yang lebih efektif.

Selebgram atau Pemimpin?

Jadi, apakah kita ingin selebgram atau pemimpin? Apakah TikTok bisa membantu kita memilih pemimpin yang lebih baik, atau malah merusak substansi politik? Sebuah pertanyaan kompleks yang tak memiliki jawaban yang mudah.

Mungkin, yang perlu kita ingat adalah bahwa di tengah semua goyangan dan tantangan, kita memiliki kekuatan untuk memilih.

Kita dapat menuntut substansi, kejujuran, dan fokus pada isu-isu penting. Selebgram atau pemimpin, pilihan ada di tangan kita.

Sebelum kita terbuai oleh goyangan TikTok yang menggoda, mari kita renungkan, apakah calon politik yang kita pilih benar-benar memiliki visi, integritas, dan kapasitas untuk memimpin bangsa ini ke arah yang lebih baik.

Itu yang sebenarnya perlu kita pertimbangkan di tengah hiruk-pikuk politik dan kecanggihan media sosial.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun