pemilihan Jokowi atas pembantu2nya, baik itu menteri maupun untuk posisi2 strategis lainnya ternyata tidak bisa lepas dari politik "titip orang" yang sudah biasa terjadi di negeri ini. awalnya saya berfikir bahwa hal itu di lakukan oleh Jokowi untuk memantapkan dan memuluskan program kerjanya. dengan kata lain "biarin deh siapa aja yang kerja, yang penting ikutin cara saya kerja" dan hal itu lakukan sebagai salah satu bargain politik yang biasa terjadi.
Namun sampai dengan terpilihnya BG sebagai kapolri tentu sangat mengecewakan, bagaimana kita mau memberantas korupsi yang merupakan musuh nomor satu di negeri ini, kalau senjata yang di pakai merupakan bagian dari musuh tersebut. Mungkin kita harus menggunakan azas praduga tak bersalah. tapi apakah juga berarti kita mengabaikan fakta yang ada. apakah seseorang yg belum terbukti akan membunuh Jokowi lalu dia mau mengangkatnya sebagai orang terdekatnya, padahal ada indikasi ke arah itu?.
Mungkin Jokowi memang tidak istimewa, dia hanyalah pemimpin biasa seperti kebanyakan yang ada di negeri ini. hanya kebetulan dia muncul dari bawah bukan politikus senior sehingga menimbulkan harapan yang terlalu besar akan memberikan perubahan. Dan dalam prakteknya ternyata masih jauh dari harapan. the wind of change ternyata belum berhembus dan kita masih harus menunggu.
Salam perubahan...