Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Artikel Utama

Jika Orang Bugis Pindah Rumah

22 September 2012   14:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:54 3138 17

Pindah rumah. Jika kebanyak orang yang pindah rumah hanya memindahkan isi rumah, Orang Bugis tidak demikian. Tanggung, Orang Bugis bukan hanya memindahkan isi rumah, tapi memindahkan rumahnya sekalian. Lho, koq bisa? iya, bisa. Kebanyakan Orang Bugis tinggal di rumah panggung yang terbuat dari kayu, sehingga memungkinkan untuk dipindahkan.

Ada dua cara memindahkan rumah yaitu diangkat dengan didorong. Jika jarak antara letak rumah awal dengan tempat untuk pindah, dekat, maka memindahkannnya dengan cara didorong. Sedang jika jauh, maka rumah harus diangkat. Dari jumlah tenaga yang dibutuhkan, memindahkan dengan cara didorong lebih sedikit dibanding ketika harus mengangkat.

Mendorong rumah bisa dilakukan baik ke depan, ke belakang maupun ke samping. Kesulitan terbesar tentunya jika arahnya serong. Untuk memindahkan rumah, maka hal pertama yang dilakukan adalah perabotan rumah yang mudah pecah atau mudah bergerak seperti keramik, piring atau barang-barang elektronik dikeluarkan terlebih dahulu, lebih tepatnya diturunkan dari rumah. Sementara isi rumah yang besar  seperti lemari, tempat tidur dan sebagainya yang akan merepotkan ketika harus dikeluarkan, maka tetap dipertahankan dengan catatan tidak berpengaruh signifikan terhadap berat rumah ketika diangkat atau didorong.

Agar tidak jatuh menimpa ketabang (lantai rumah yang terbuat dari papan kayu) maka barang-barang tersebut dirapatkan ke aliri (tiang-tiang rumah yang terbuat dari batang kayu) lalu diikat. Jika sudah selesai maka di bawah aliri diberi papan kayu yang kuat dua lapis, papan pertama menyentuh tanah dan papan kedua menyentuh aliri. Kesemua papan tersebut terhubung antara aliri yang satu dengan aliri yang lain, tergantung ke mana arahnya akan di dorong.

Diantara kedua papan itu diberi ban yang terbuat dari potongan kayu hitam yang kuat. Panjang ban sekira 10-20 cm dengan diameter 5cm. Jumlah ban yang dibutuhkan tentu sangat banyak, karena jarak antar ban diusahakan serapat mungkin. Makin rapat jarak antar ban, makin mudah menggerakkan rumah. Jika rumah sementara didorong, maka ban yang dibelakang secara kontinyu dioper ke depan agar tidak terputus.

Sedangkan memindahkan rumah dengan cara diangkat, dimulai dengan memasang bambu diantara aliri. Tingginya dari tanah sekira 1,5 meter, itu nantinya menjadi tempt pegangan untuk mengangkat rumah. Tinggi ketabang dari tanah ratarata 3 meter, sementara tinggi ratarata pria Bugis 1,7 meter sehingga sulit jika mengangkat rumahnya pas di ketabang. Untuk mengangkatnya, badan ditundukkan lalu pundak rapat ke bambu, ketika ada abaaba maka bedan berdiri tegak sehingga rumah ikut terangkat.

Orang yang memberi abaaba biasanya tetuah kampung atau orang yang dipercakan khusus untuk itu. Dia lah yang memberi Komando baik mengangkat, berjalan, kecepatan langkah, arah dan sebagainya. Untuk menjaga keseimbangan agar rumah tidak miring biasanya di setiap sudut diberi tali lalu tali tersebut dipegang oleh masingmasing satu orang. Setiap orang yang memegang tali harus memperhatikan keseimbangan rumah. Jika salah satu sudut rumah miring, maka dari arah yang berlawanan bertugas menarik tali untuk menyeimbangkan kembali. Tali itu juga bisa digunakan untuk mengatur kecepatan.

Untuk memperlancar proses pindah rumah, maka terkadang didahului dengan ma’baca doang (membaca do’a) yang dipimpin oleh Imam Kampung. Jika kaum pria bertugas mendorong/mengangkat rumah, maka ibuibu mempersiapkan logistik. Logistik terbagi dua, sebelum prosesi pindah rumah dihidangkan kue-kue tradisional Bugis seperti bandang, baronggo, suwella, dan masih banyak jenis lain ditambah minuman berupa teh atau kopi. Sementara makanan berat baru dihidangkan setelah rumah 100 % pindah ke tempat yang dituju dengan terlebih dahulu mengadzanirumah baru (baru dipindahkan maksudnya, :D).

Berikut ada gambar salah satu prosesi pindah rumah dengan cara diangkat.

#1. Oke, Semua Siap???

#2. Satu... Dua... Tiga...

#3. Goooo........

#4. Belakang pelan, jangan terlalu cepat.

#5. Pertahankan, tetap semangat.

#6. Serong kiri.

#7. Putar 180 derajat.

#8. Kurang 90 derajat lagi.

#9. Passssssss....

#10. Yah, turunkan pelanpelan.

Bagaimana, Hebat kan? Yang pasti, prosesi ini tidak bisa dilakukan bagi Orang Bugis yang tinggal di rumah batu. Hehehe

Selamat bermalam minggu.

@Pinrang, 22092012

Wassalam. IRSYAM SYAM

.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun