Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Indonesia Ketawa bersama Ayam Ketawa

19 Mei 2011   14:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:27 1190 3
[caption id="attachment_110669" align="aligncenter" width="589" caption="Ayam Ketawa (Dok. Pribadi, 2011)"][/caption]

Hatiku senang akhirnya bisa pulang ke kampung halaman di Sidenreng Rappang (Sidrap). Bertahun-tahun di kota menimba ilmu dan pengalaman. Rumahku di Majjelling Wattang. Masih bagian dari Ibukota kabupaten, letaknya tak jauh dari kantor kelurahan. Di pinggir jalan poros yang menghubungkan Kota Palopo dengan Makassar, yang tetanggaku masih menyebutnya Ujung Pandang.

.

Minggu siang tak ada kerjaan, aku main ke rumah paman di Panca Rijang. Setelah buka sepatu dan memberi salam, aku masuk dan langsung ke belakang. Terlihat olehku kandang ayam berjejeran. Semuanya terisi, tak ada yang luang. Sekilas tampilan fisiknya tak beda seperti ayam kampung kebanyakan. Tapi kalau berkokok ternyata berbeda. Seperti orang yang sedang ketawa, kokoknya terputus-putus dan panjang.

.

Tiba-tiba paman datang, aku tanya “Paman, itu ayam apa?”. Pamanku bilang, “Namanya manu’ gaga’ (ayam gagak), tapi karena kokoknya mirip orang ketawa, yah orang-orang meyebutnya ayam ketawa”. “Lalu kenapa bisa ketawa?” Tanyaku lagi. Pamanku bilang “Itu karena pita suaranya terputus-putus, jadi kokoknya juga terputus-putus seperti orang ketawa”. “Coba aja pegang lehernya, kalau tak percaya” lanjut paman.

.

Aku lahir dan besar di Sidenreng Rappang. “Waktuku kecil, kok ayam ketawa tidak pernah kedengaran?” Tanyaku mengenang. Menurut paman, perkembangan ayam ketawa memang baru beberapa tahun belakangan. “Zaman dulu, hanya dipelihara oleh para bangsawan di kerajaan Sidenreng, juga kerajaan Rappang”. Meskipun tak ada larangan bagi rakyat kebanyakan, tapi itu sebagai penghormatan dan juga karena segan. Makanya ayam ketawa tidak terlalu berkembang.

.

Pamanku lalu membuka kandang, menuang air dan juga pakan. “Diberi makan apa, Paman?”. “Gabah kering” jawabnya lantang. Aku bilang “Dapatnya dari mana?”. “Tenang, sidrapkan lumbung pangan, banyak persawahan jadi gampang”. Kubilang “Di poultryshop sudah banyak yang jual pakan pabrikan, kenapa bukan itu yang diberikan?” Tanyaku kebingungan.

Pamanku sejenak terdiam “Gabah kering punya khasiat membersihkan lendir pada tenggorokan”. Dengan begitu suara ayam gagak jadi semakin berkarakter, karena semakin tinggi dan panjang. “Cara pemberiannya gimana? Pagi siang malam?” Tanyaku berulang. “Gabah itu harus direndam air terlebih dahulu selama semalam, setelah itu baru bisa diberikan” urai paman.

.

Selain bisa tertawa, ayam gagak juga bisa membawa hoki alias keberuntungan, tergantung warna ayam yang kita pelihara. Ah, aku jadi penasaran. “Ada beberapa klasifikasi warna ayam gagak” urai paman. Aku lebih suka yang warna bulunya hitam dan ada kombinasi merah hati. Kata Paman, itu disebut warna lappung dan dipercaya bisa menampung harta. “Soal hoki, boleh percaya boleh tidak” kata paman mengingatkan.

.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun