1. Al-Farabi (872-950 M) - Dikenal sebagai "Guru Kedua" setelah Aristoteles, Al-Farabi memberikan kontribusi besar dalam logika, metafisika, dan teori politik. Karyanya "Al-Madina al-Fadila" (Kota yang Mulia) adalah salah satu karya penting dalam filsafat politik Islam.
2. Ibn Sina (Avicenna) (980-1037 M) - Seorang polymath yang terkenal, Ibn Sina menulis banyak karya tentang filosofi, kedokteran, dan ilmu pengetahuan. "Al-Qanun fi al-Tibb" (The Canon of Medicine) dan "Kitab al-Shifa" (The Book of Healing) adalah beberapa karyanya yang terkenal.
3. Al-Ghazali (1058-1111 M) - Seorang teolog, filsuf, dan sufi, Al-Ghazali dikenal karena kritikannya terhadap filsafat dalam karya "Tahafut al-Falasifah" (Incoherence of the Philosophers). Ia juga menulis "Ihya Ulum al-Din" (Revival of Religious Sciences), yang menjadi salah satu karya besar dalam pemikiran Islam.
4. Ibn Rushd (Averroes) (1126-1198 M) - Dikenal karena komentarnya terhadap karya-karya Aristoteles, Ibn Rushd adalah salah satu filsuf besar dalam tradisi Islam. Karya utamanya termasuk "Tahafut al-Tahafut" (Incoherence of the Incoherence), yang merupakan respon terhadap Al-Ghazali.
5. Mulla Sadra (1571-1640 M) - Seorang filsuf dari tradisi Islam Persia yang terkenal karena pemikiran eksistensialisnya, Mulla Sadra mengembangkan teori "Transcendent Theosophy" yang menggabungkan filsafat, teologi, dan mistisisme. Karyanya yang terkenal adalah "Al-Hikmah al-Muta'aliyah fi al-Asfar al-'Aqliyyah al-Arba'ah" (The Transcendent Philosophy of the Four Journeys of the Intellect).
Tokoh-tokoh ini telah memberikan sumbangan besar tidak hanya kepada pemikiran Islam tetapi juga kepada pemikiran dunia secara keseluruhan.
Filsafat Islam mencakup berbagai teori yang meliputi metafisika, epistemologi, etika, dan politik, serta hubungan antara filsafat dan agama. Berikut adalah beberapa teori dan konsep utama dalam filsafat Islam:
1. Teori Wujud (Existence)
 - Al-Farabi Mengembangkan konsep tentang hirarki wujud yang melibatkan emanasi dari Tuhan ke akal pertama, kemudian ke akal-akal berikutnya, dan akhirnya ke dunia materi.
 - Ibn Sina (Avicenna) Memperkenalkan perbedaan antara "wujud" (existence) dan "esensi" (essence). Menurutnya, segala sesuatu yang ada di alam semesta memiliki esensi, tetapi wujud diberikan oleh Tuhan.
2. Teori Jiwa (Soul)
 - Ibn Sina Menjelaskan bahwa jiwa adalah substansi yang tidak materi dan dapat bertahan setelah kematian fisik. Jiwa manusia memiliki tiga tingkat: vegetatif, hewani, dan rasional, dengan jiwa rasional sebagai yang tertinggi.
 - Al-Ghazali Membedakan antara jiwa dan roh dalam konteks spiritualitas Islam, dengan fokus pada perjalanan spiritual jiwa menuju penyatuan dengan Tuhan.
3. Teori Pengetahuan (Epistemology)
 - Al-Farabi Menekankan pentingnya akal dan wahyu dalam memperoleh pengetahuan. Ia juga mengembangkan teori tentang bagaimana manusia bisa mencapai pengetahuan yang lebih tinggi melalui proses intelektual dan mistis.
 - Ibn Rushd (Averroes) Mempertahankan bahwa akal dan wahyu tidak bertentangan dan bahwa filsafat dapat digunakan untuk menafsirkan wahyu dengan cara yang lebih rasional.
4. Teori Kaum Sufi (Sufism)
 - Al-Ghazali Menggabungkan elemen-elemen mistisisme dengan filsafat dan teologi, menekankan pentingnya pengalaman langsung dengan Tuhan melalui praktik-praktik spiritual dan penyucian diri.
 - Ibn Arabi Mengembangkan konsep "Wahdat al-Wujud" (Kesatuan Wujud), yang menyatakan bahwa semua wujud adalah manifestasi dari Tuhan dan bahwa realitas ultimate adalah satu.
5. Teori Kausalitas (Causality)
 - Al-Ghazali Menolak teori kausalitas Aristoteles, dengan argumen bahwa hanya Tuhan yang memiliki kekuatan untuk menyebabkan segala sesuatu terjadi. Ini dituangkan dalam karyanya "Tahafut al-Falasifah".
 - Membela pandangan Aristotelian tentang kausalitas dan berargumen bahwa alam semesta mengikuti hukum-hukum alam yang bisa dipahami melalui akal manusia.
6. Teori Politik dan Etika
 -  Mengembangkan teori politik dalam karyanya "Al-Madina al-Fadila" (Kota yang Mulia), di mana ia menggambarkan negara ideal yang dipimpin oleh seorang filsuf-raja yang bijaksana.
 - Dalam karyanya "Muqaddimah", ia mengembangkan teori tentang siklus dinasti dan faktor-faktor yang mempengaruhi naik turunnya peradaban.
7. Teori Transendensi (Transcendental Philosophy)
 - Mengembangkan filsafat "Hikmah Muta'aliyah" (The Transcendent Wisdom), yang menggabungkan aspek metafisika, mistisisme, dan epistemologi dalam satu sistem yang komprehensif. Ia memperkenalkan konsep "Asal al-Haqiqat" (the Principle of Reality) yang menekankan bahwa realitas adalah dinamis dan selalu dalam proses perubahan.
Teori-teori ini menunjukkan keragaman dan kekayaan pemikiran dalam filsafat Islam, yang terus berpengaruh hingga hari ini dalam berbagai disiplin ilmu dan praktik spiritual.