Masyarakat Tionghoa peranakan di Indonesia berasal dari Tiongkok Selatan yang datang ke Indonesia untuk berdagang. Kebanyakan dari mereka juga tinggal di pesisir utara Jawa di kota-kota perdagangan yang strategis. Mereka mulai menulis karena adanya dorongan untuk menciptakan bacaan yang dapat mereka nikmati untuk kalangan sendiri. Tidak cukup hanya menerjemahkan karya-karya sastra asing, mereka yang memiliki alat-alat percetakan mulai mendapat dorongan untuk menulis dan mencetak sendiri. Kemungkinan, dalam hal ini, ada juga keinginan dari si pengarang untuk menyebarkan pandangan dan ideologinya. Akan tetapi, ternyata ada satu tujuan besar dari penulisan karya-karya Tionghoa peranakan. Mereka menulis untuk menyampaikan nasihat agar kehidupan menjadi lebih baik, tidak seperti di dalam novel. Oleh karena itu, kisah dalam novel tidak beranjak jauh dari kriminalitas, pernyaian, dan peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi. Kwee Tek Hoay merupakan salah satu yang menjabarkan hal tersebut di awal novelnya.