Itulah sedikit rutinitas saya di pagi hari setiap hari Senin sampai Jumat. Pulang-pergi melintasi dua provinsi setiap harinya karena saya tinggal di Bogor namun bekerja di Jakarta.
Saya yakin, rutinitas kecil ini tidak hanya Anker dari daerah Bogor yang mengalaminya, tapi juga mereka yang berdomisili di Tangerang dan Bekasi. Harga properti di pusat kota Jakarta yang harganya sudah tidak masuk di akal, membuat banyak orang yang rela mencari rumah di pinggiran Jakarta yang jaraknya lumayan jauh dari pusat kota. Dan konsekuensinya, jarak yang memisahkan kita, eh maksudnya jarak yang jauh ini berpengaruh terhadap kualitas tidur kaum urban.
Sejujurnya saya termasuk orang yang agak sulit bangun pagi-pagi sekali. Oleh sebab itu, rutinitas bangun sepagi itu seringkali terasa berat. Tapi mau bagaimana lagi kan ya? Demi mencari segerobak berlian. Pokoknya yang penting bangun dulu, kalau masih ngantuk ya tinggal dilanjutkan saat perjalanan, karena kalau tidak berangkat pagi-pagi sekali yang ada terlambat sampai di kantor.
Bagi para commuters (sebutan untuk pengguna KRL), berdesak-desakan di dalam KRL setiap rush hour pastinya sudah menjadi konsekuensi yang harus diterima. Meskipun berdesak-desakan, tidak menghalangi sebagian besar dari commuters untuk menuntaskan waktu tidur mereka. Lumayan kan dapat satu jam tambahan waktu tidur.
Maka biasanya, suasana di dalam KRL saat masih pagi-pagi sekali cukup tenang karena sebagian besar commuters tidur. Baik dalam posisi duduk maupun berdiri sambil bersandar di pintu atau sambil bergelantungan pada pegangan tangan. Luar biasa bukan? Jadi kalau pembaca sekalian mau belajar tidur sambil berdiri, coba sekali-sekali naik KRL saat rush hour di pagi hari. Hihihi..