Pagi di jum’at yang cerah sambil menyimak butiran hikmah dari salah satu ustad penyejuk hati terasa semakin syahdu sambil menyeruput teh dan sepiring nasi goreng peredam kegarangan lambung yang menyentak sejak semalam. Ulasan yang sederhana sepintas lalu menyentil telinga,menyeruak ke dalam pemahaman sederhana yang sering terlupakan atau terbiasa dilupakan lebih tepatnya. Inilah salah satu hal yang paling saya senangi dari berhari “jum’at” selain karena aktifitas lebih bisa dirilekskan biasanya juga lebih “cerah ceria” dibanding hari2 yang lainnya..entahlah,mungkin karena saya selalu tersugesti dengan ungkapan....Thank ALLAH,it’s Friday...hehehe..tapi pada akhirnya saya selalu menemukan manisnya berjum’at sambil beraktifitas tanpa kerumitan UNIFORM dan segala tetek bengeknya,dan saya pikir itulah alibi yang paling masuk akal...#alhamdulillah yaaa..
BISMILLAAAH....sebuah kata yang begitu mudah kita lafalkan,biasa kita dengarkan,senantiasa kita sertakan dalam setiap aktifitas kita. Mengiringi setiap langkah dan setiap peluh yang membanjiri setiap perjuangan anak ADAM yang sedang mencari keridhaan_NYA. Begitu simpel dan terlazimkan di setiap awal yang terniatkan..sekali ini saya tertegun berusaha menikmatkan lafaz itu dalam hati dengan mendengungkannya di kedalaman indra,mencari titik terang kegelisahan,kekalutan pengharapan dengan sebuah keagungan dzikir yang mengawali kitab suci yag teragungkan sepanjang masa...Subhanallaaah...bagaimana mungkin kami melihat segala keagungan yang tak terbantahkan itu hanya dengan sebuah ritual tanpa kedalaman makna???
Alkisah,ada sebuah cerita di negeri antah berantah yang mengisahkan kedahsyatan keberserahan seorang wanita kepada Sang Khalik-NYA. Setiap langkahnya,setiap aktifitasnya tak pernah luput dari pengharapan penuh terhadap penjagaan ALLAH disetiap jengkal ikhtiarnya bahkan lafaz itu hampir mengisi setiap lembaran nafasnya, kehidupan sehari-harinya hingga sang suami tercinta bahkan menganggap itu suatu hal yang mungkin terlalu “sesuatu” alias lebay seperti istilah jaman hari geneee...#afwan,karena pada akhirnya istilah ini jg telah di”sesuatukan”....hehehe..
Hingga suatu hari sang suami berniat iseng kepada sang istri dengan menitipkan barang-barang berharga miliknya dengan catatan barang itu harus dijaga sepenuh hati tidak boleh catat apalagi sampai hilang. Lalu istrinya pun meyimpan dan menjaga barang tersebut dengan telaten sesuai amanah sang suami sampai suatu hari sang istri meninggalkan rumah untuk suatu keperluan, maka sang suami pun dengan leluasa menjalankan aksi jailnya dengan mengambil barang titipannya lalu membuang barang tersebut di lautan lepas sejauh-jauhnya, kemudian ia pulang ke rumah dan mendapati istrinya telah kembali tanpa curiga sedikitpun. Ia lalu menanyakan kabar barang yg telah diamanahkan kepada sang istri dan dengan penuh kepercayaan diri istrinya kemudian membuka tempat penyimpanan barang tersebut dan menyerahkan barang tersebut dalam keadaan utuh tanpa kurang satupun..,dan satu hal yang paling mencengangkannya adalah barang tersebut dalam keadaan basah dengan bau air asin yang kuat. Hal ini jelas membuat sang suami terhenyak dan menyadari kekhilafannya.
Masih teringat dengan jelas di pelupuk matanya bagaimana sang istri menyimpan barang tersebut dengan dengungan lafaz “bismillah”nya hingga peristiwa dimana ia membuang barang itu di lautan lepas,nalar logikanya tak mampu menakar kejadian tersebut sampai akhirnya ia tersungkur nanar menatap keheranan sang istri melihat kebingungannya..ke”besaran” ALLAH telah nyata menyentuh hidupnya melalui ketawakkalan sang istri,..., kata yang dibalut huruf ”ba” itu bagai magic yang telah mengubah kepicikan pemahamannya,menghancurleburkan tatanan ego logikanya..
“laa ilaaha illa ANTA subhanaka inni kuntu minazzhaalimiin”....
Sungguh, telah nyata bahwa tak ada sesuatu yang sia-sia di hadapan_NYA, bahkan ketika kita khilaf dan menutup hati dari makna ritual yang terlalu sering kita anggap pemanis mulut belaka.
Astaghfirullah,,..inilah butiran hikmah yang tertuang di gelas kalbu menyiram kekeringan hati dari dahaga yang menggigit, menyesap ke dalam relung hampa yang sering terabaikan...insya ALLAH,..
Karena “min ‘alamatin nujfi fin nihayati ar ruju’u ilallahi fil bidayati”....salah satu tanda sukses di “akhir” perjalanan adalah KEMBALI kepada ALLAH di “awal” perjalanan (Ibnu Athaillah)
Masihkah kita ragu dengan segala keberserahan setengah hati yang kita berikan kepada_NYA??beranikah kita berharap tanpa cemas akan janji yang telah disematkan dalam ruh kita jauh sebelum kita terdampar dalam materi ter”dewa”kan yang kita sebut raga???maukah kita melangkah meraih rahasia dahsyat yang telah dinikmatkan dalam keterbatasan sisa umur kita??!
#saya berharap ini tak hanya menjadi “sesuatu” yang lewat seperti tukang ojek yang lalu lalang tanpa kita hiraukan di saat kita lagi tak hendak kemana-mana....hehehe..*maaf,jek..*...ataukah tak hanya jadi “sesuatu”nya mbak S yang masyhur dan suatu saat akan hilang digerus zaman...^^afwan mbak..saya salah satu yang mengagumi istilah anda...
Saya akan beranikan diri memulai keutuhan keberserahan itu mulai hari ini dengan lafaz dahsyat itu,
“ BISMILLAAAH yaaa...”>>>>>do U wanna mean it???