Ini tentang pengalaman pertama saya naik kapal laut saat menuju Bumi Serambi Mekkah, Nanggroe Aceh Darussalam. Sebelumnya memang belum pernah naik kapal laut. Ingin mencoba sesuatu yang baru, ceritanya hehehe... Sesampainya di Tanjung Priok, calon penumpang sudah memenuhi ruang tunggu hingga ada yang rela harus menunggu di halaman depan.
Tiket sudah ditangan, dari Tanjung Priok pelabuhan yang saya tuju kemudian adalah Belawan, selanjutnya saya ganti kapal yang ukurannya lebih kecil dari Sinabung maupun Kelud untuk sampai di Malahayati pelabuhan terakhir yang saya tuju. Saking bejubelnya penumpang, saat akan masuk lambung kapal, saya harus berdesakan dengan penumpang lainnya.
Parahnya, di tangga kapal saya sampe kegencet penumpang yang berada tepat di belakang saya. Meringislah saya hihih…..karena kesakitan, tapi sesosok yang ngegencet saya tanpa berdosa terus meransek, bahkan setengah mendorong saya dan berusaha mencari celah agar bisa melalui saya. Alamak! Payahnya demi sampai di lambung kapal.
Penumpang yang ada di depan hanya bergerak sejengkalan ujung kuku, sedangkan penumpang yang di belakang terus meransek. Meranalah saya yang tepat ditengah tangga, wuaaa….
Bukankah para penumpang itu sudah pegang tiket masing-masing? Kenapa pula harus saling sikut untuk masuk kapal. Sudah pegang tiket, artinya ya pastilah dapat tempat. Memang untuk tiket ekonomi para penumpang bisa dengan sesuka hati memilih dek dan tempat tapi di selasar terbuka. Jadi mungkin, agar mendapat tempat yang nyaman untuk istirahat selama pelayaran yang harus singgah di Batam dan Karimun dulu itu harus sesegera mungkin bisa masuk ke kapal dan mendapat tempat yang diinginkan.
Ketertiban dan kesadaran antri yang rapi adalah masalah kita semua. Mulai dari diri sendiri adalah pilihan yang tepat sebelum telunjuk menunjuk kearah orang lain. Hmm kapan-kapan masih ingin naik kapal laut lagi??
:D