Dok. Â Jumarni
Penulis :
IMMawati Jumarni
(Ketua Bidang Kader PIKOM IMM FAST UMS Rappang)
Berbicara tentang IMMawati tentu berbicara tentang perempuan, tetapi berbicara tentang perempuan belum tentu berbicara tentang IMMawati. Berlaga dilingkup organisasi (IMM) pasti dipertemukan dengan IMMawan dan IMMawati. Tidak asing lagi, masih kadang terdengar perkataan yang dimana IMMawati disandingkan dengan kata lemah, lembek, lebih mengedepankan rasa ketimbang rasio, dst.Â
Sebagai seorang IMMawati, kita harus menyadari dan berpikir untuk mencari solusi agar tidak disandingkan lagi dengan pernyataan-pernyataan yang ada, kalau tidak bisa dihilangkan setidaknya bisa terminimalisir, karena memang tidak bisa dipungkiri. Jadi, tanpa disadari identitas sebagai seorang  IMMawati telah dilecehkan, dan yang pasti menitikberatkan kepada kaum perempuan.
Perempuan itu lemah akan akal, maka dari itu IMMawati harus belajar, agar supaya bisa pintar. Perempuan adalah calon Ibu yang akan melahirkan generasi, Madrasahtul Ula' untuk generasi pelanjut nanti. Seorang perempuan jangan sampai dan jangan hanya terfokus dengan style, gaya hidup tidak berujung dan tidak pula ada habisnya, yang dimana semakin hari semakin berevolusi saja.Â
Sebagai seorang perempuan belajarlah untuk hidup dengan apa yang dimiliki saat ini, tidak dengan apa yang diinginkan. Karena kalau berbicara mengenai keinginan itu tidak akan pernah habis.Â
Berbeda dengan kebutuhan, kebutuhan hanya kita yang bisa mengatur dan mengukur seberapa butuh kita dengan apa yang telah dimiliki. Mari berusaha dan belajar menjadi seorang perempuan yang mampu berpikir jernih, cerdas dan mencipta perubahan ditengah-tengah hiruk pikuk Dunia yang semakin menjadi.
Apabila perempuan  yang hanya sibuk dengan penampilan, gaya, kecantikan, hingga lupa mempercantik akal dan akhlak, maka yakin dan percaya kalau perempuan akan selalu, dan bisa saja selamanya dibawah para petinggi laki-laki, yang dimana gerbang Budaya Patriarki pun terbuka lebar. Yang jadi sasaran siapa ?? tentu tidak lain adalah kaum perempuan.Â
Maka sangat perlu dan sangat harus perempuan belajar, memberi nutrisi otak dan hati dengan ilmu keagamaan (Spiritual) dan keilmuan lainnya (Intelektual). Spiritual dan Intelektual bersatu padu, saling mengikat, melahirkan Humanitas baik. Kedudukan laki-laki dan perempuan tidak pernah dibedakan oleh Allah swt., mempunyai derajat yang sama pula, maka manusia tidak boleh membedakan satu sama lain meskipun mereka memiliki peran yang berbeda-beda dalam kehidupan masing-masing.
Bekal kepintaran, pendidikan sangatlah dibutuhkan untuk perempuan. Tidak cukup hanya pandai dalam hal domestik saja, pekerjaan rumah juga butuh ilmu, pekerjaan apa saja semua butuh ilmu. Maka dari itu perempuan harus belajar, menutrisi otak dengan baik, agar pikiran bisa cemerlang sebelum masuk pada fase pencetak generasi dimasa depan nanti (Menikah dan menjadi seorang Ibu). Semua dibutuhkan untuk penunjang dan penguat seorang perempuan.
Seorang perempuan tidak boleh terkungkung dan menjadikan boomerang untuk berkembang di era sekarang ini, mempunyai wawasan dan pengetahuan lebih. Banyak sarana dan media yang bisa dipergunakan untuk menambah dan mengebangkan wawasan pengetahuan.
Maka dari itu perempuan harus pandai-pandai melangkah, mengambil keputusan dalam bergerak, lebih bisa progresif agar tercapai dan melahirkan perubahan  yang lebih baik. Perubahan dan bertahannya suatu bangsa ada pada tangan seorang perempuan.
Ada pernyataan yang mengatakan "Apabila ingin menghancurkan suatu bangsa maka hancurkan perempuan nya". Sangat tragis, menakutkan, lagi dan lagi nama perempuan diikutkan. Hal ini jangan sampai terjadi, kita sebagai seorang perempuan harus berpikir maju, bertahan dan bahkan melakukan pergerakan sehingga tercipta perubahan. Zaman semakin berkembang, jadi sepatutnya mindset seorang perempuan pun ikut maju dan berkembang. Mari belajar untuk menjadi dewasa, bukan lelucon apabila umur semakin bertambah tetapi pemikiran masih tetap sama.Â
Melihat realita yang terjadi pada saat ini, Â masih banyak perempuan yang malu akan zaman apabila tidak bisa mengikuti zaman yang ada. Limited edition diburu mati-matian, apabila tidak tercapai, maka dijadikanlah alasan untuk memusingkan pikiran, dan tak terkecuali IMMawati juga ada yang demikian. Malu yang seperti itu bukanlah malu yang berkelas. Melainkan malu seorang perempuan ialah pada saat orang lain sudah sibuk memperbaiki, menambah kualitas diri tetapi masih saja berdiam diri dan tak melakukan apa-apa. Masih saja sibuk dengan hal Duniawi, pergaulan tidak berbatas, akhlak tidak dibenahi, dan sibuk berhura-hura.
Saatnya perempuan harus merubah cara berpikir, apalagi cara bertindak mesti lebih dewasa dan lebih baik lagi. Perempuan harus berani bergerak, berpikir maju, tampil dengan karya, perempuan harus berdaya, mengambil peran. Butuh pembuktian, bukan hanya sekedar ucapan. Manusia diciptakan semua pasti mempunyai potensi masing-masing, orang lain bisa, perempuan lain bisa, IMMawati juga pasti bisa.
Perempuan tidak boleh cengeng, manja, baperan tidak jelas. Tetapi kalau baperan tentang kebangsaan yang misal lagi down, kemaslahatan umat yang ada, sekiranya tidak mengapa. Baper boleh, tetapi bawa perubahan dan perjuangan. Saatnya perempuan untuk berkarya dan berperan, bukan hanya sibuk dan terus-terusan bergaya dan baperan unfaedah. Harus berpikir untuk bisa menjadi bagian dari inisiator dan penemu solusi.
Kerja keras, hasil belajar, pengetahuan, ilmu yang didapatkan bukan orang lain yang akan menuai dan merasakan, tetapi diri sendiri yang akan menuai dari hasil kerja keras kita. Sama halnya dengan seorang perempuan, harus belajar, berproses agar mempunyai progres, bukan banyak protes.
Seorang perempuan, seorang IMMawati harus punya etika yang cantik, akhlak mulia, tidak hanya terfokus mempercantik diri dan tampilan luar saja, tetapi yang sangat perlu ialah mempercantik hati. Bukan persoalan rupa yang akan membuat orang terkesima dengan kita, tetapi kecantikan hati dan akhlak yang dimiliki, jangan samapain krisis akhlak kepada Allah, orang tua, orang lain dan diri sendiri. Â
Apalagi di era sekarang ini, dunia semakin menjadi. Tugas sebagai manusia jangan dilupakan sebagai makhluk sosial, jangan bosan untuk menyampaikan kebaikan kepada sesama. Saling merangkul, melengkapi, mengingatkan, dan saling memberi peringatan.Â
Seperti yang dijelaskan dalam Q. S Adz-Zariyat : 55 yakni "Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman". Apa yang kita sampaikan, peringatan yang diberikan, tidak hanya baik dan bermanfaat untuk orang lain saja , tetapi baik dan bermanfaat untuk diri sendiri juga. Bisa jadi kebaikan yang disampaikan justru akan berbalik kepada siapa yang menyampaikan, seperti pantulan cermin saat bercermin. Tidak boleh saling meninggalkan, apatis jangan diberlakukan, yang ada disekitar adalah tanggungjawab bersama sebagai sebagai bentuk keshalehan sosial kepada sesama.
Semoga kita semua termasuk orang yang senantiasa bisa menebar bermanfaatan untuk semesta, Aamiin.