Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Menakar Urgensi Lembaga Kemahasiswaan

29 Agustus 2010   04:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:37 604 0
Asumsi yang berkembang dewasa ini, bahwa mahasiswa cenderung diposisikan sebagai obyek dalam setiap konteks masalah. Di ranah sosial, mahasiswa divonis sebagai destroyer/perusak kenyamanan publik. Tawuran dan demonstrasi yang anarkis adalah fenomena sosial yang direproduksi dari rahim gerakan mahasiswa. Ironi memang, berangkat dari itikad baik untuk memperjuangkan aspirasi rakyat, tetapi justru “terbaca” merugikan rakyat pada implementasi niatan tersebut. Di bidang politik, mahasiswa seringkali diklaim sebagai makanan empuk ideologi-ideologi tertentu. Pergerakan mahasiswa dinilai ditunggangi oleh kepentingan tertentu, mahasiswa pun tidak jarang dijadikan sebagai komoditi politik. Mahasiswa dipandang tak ubahnya sama seperti basis massa lainnya. Pada ranah ekonomi, mahasiswa menjadi sasaran empuk para kapitalis. Budaya konsumerisme dan budaya pop telah menjangkiti jiwa generasi penerus dan pelanjut amanah perjuangan bangsa ini. Mahasiswa pun tidak mampu menggeliat di tengah terpaan hembusan angin hedonisme yang ditebarkan melalui media massa dan pusat-pusat hiburan dan perbelanjaan. Di bidang pendidikan, mahasiswa seringkali diposisikan sekedar sebagai obyek dari sistem pendidikan. Stigma ini kemudian melekat pada tubuh mahasiswa, bahkan berimplikasi munculnya resistensi terhadap setiap gerakan mahasiswa. Dari sudut pandang berbeda, terabadikan dalam sejarah bagaimana mahasiswa memberikan sumbangsih yang signifikan dalam perjalanan perjuangan bangsa ini. Sejak masa kemerdekaan, orde lama hingga reformasi, gerakan mahasiswa senantiasa memberikan sikap kritis terhadap penguasa yang menindas, dan keberpihakan kepada rakyat kecil. Tidak salah jika kemudian mahasiswa dijuluki sebagai agent of change, dan predikat membanggakan lainnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun