Aku lalu jalan-jalan sore di komplek rumah baruku dengan Shantia, 2 tahun, putri kami yang ada di kereta dorong, berjalan menyusuri komplek perumahan yang cukup luas dan agak ramai.
Di suatu jalan, lalu muncul seorang perempuan muda yang cantik dari salah satu rumah besar di sana lalu mendekat pada kami. Tampak dua mobil mewah berjajar di garasinya.
Dia melihat ke putriku dan memuji, "Duh cantiknya putri bunda..."
Aku tersenyum bangga. Tapi tak lama. Sebab dia tiba-tiba saja mengangkat putriku tanpa permisi, mendekapnya di pelukannya lalu berjalan masuk rumahnya tanpa kata!
Aku meradang dan menyusulnya, takut terjadi apa-apa dengan putriku. Tapi dia dengan cepat bergerak masuk dan menutup pintunya. Aku menggedor pintu itu dan menangis memanggil nama putriku. Beberapa tetangga lalu muncul dan mendekat.
Lalu seperti terdengar suara laki-laki yang memarahi seseorang dari dalam rumah.
Tidak lama kemudian, pintu dibuka dan seorang lelaki tampan keluar menggendong putriku lalu menyerahkannya kepadaku.
"Ibu, maafkan istri saya. Dia 'agak terganggu' sejak putri kecil kami berpulang ke haribaanNya. Maaf ya bu."
Aku menerima putriku kembali dengan haru.
"Nggak apa-apa, pak. Terima kasih, terima kasih." Ucapku sambil undur ke keret dorong meski tanganku gemetaran. Aku tidak memperpanjang masalah ini. Sudahlah.
Dan dalam tangis haru di perjalanan pulang, lisanku berkali-kali berterima kasih kepada Allah atas segala karuniaNya termasuk suamiku yang meski nggak ganteng-ganteng amat itu tapi sangat menyayangiku, juga bersyukur dengan titipanNya yang jadi pengikat kami yaitu putri kecil kami tercinta dan bisa menempati rumah mungil meski saat ini hanya ada sebuah motor butut di garasinya. Aku bersyukur atas cinta ini.
~ Irfan Hidayat 23072012