Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Menunggu Bapak Presiden Terjatuh di Jalan

15 Juli 2012   17:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:55 221 0
BRAKK!

Baru saja roda motorku terkena lubang jalan di depan halte UKI Cawang di pagi penuh semangat memburu nyala asap dapurku. Maksud hati terus saja jalan setelah peristiwa itu dengan menggeber motor tapi apalah daya, laju kemudi mendadak oleng pertanda ada yang tidak beres dengan roda setelah terkena musibah barusan.

Pun setelah menyalakan sein arah kiri, saya perlahan menepi. Sempat memerintahkan seorang sopir angkot warna biru muda agar maju sebab sepertinya dia ngetem tapi tidak sungguh-sungguh menggerakkan kendaraannya. Dan alhamdulillah, tampak gerobak tambal ban di tepi dekat jembatan penyeberangan busway dimana melihat saya, pemiliknya sempat mengusir seorang tukang ojek yang menghalangi posisi dimana saya akan memarkir motor butut ini di samping gerobaknya.

Lalu tanpa banyak ba bi bu, tukang tambal ban itu dengan cekatan membongkar ban belakang motor saya dan menemukan sobekan sebesar lima senti di bagian ban dalam roda belakang motor saya. Dan tidak ada cara lain selain menggantinya dengan ban baru. Ya sudah. Ganti saja dengan ban baru, pinta saya dengan terpaksa.

Tapi bukan itu cerita yang penting di sampaikan saat dia, tukang itu membuka percakapan dengan bertanya, "Kenapa bang?"  Dan saya menjawab bahwa gembos setelah kena lubang jalan barusan. Dia lalu mengangguk tanda memahami sesuatu.

"Abang beruntung!" Katanya. Membuatku sempat merasa lucu.

"Beruntung begimana?" Tanyaku padanya.

"Kemarin ada orang kena lubang itu. Dia jatuh. Dua ban depan dan belakangnya sobek, baik ban dalam maupun ban dalam.  Sudah gitu, tangannya berdarah. Terluka. Abang beruntung tidak jatuh, pun cuma kena ban dalam bagian belakang saja."  Katanya dengan meyakinkan.

Aku mengangguk dan percaya.  Alhamdulillah aku tidak apa-apa, ucapku dalam hati.

"Dulu itu lubang pernah sampai di beri kursi, supaya tidak di tabrak motor lagi, eh malah kursinya yang ditabrak mobil." Katanya.

"Mungkin karena tidak tahu kalau ada lubang berbahaya disitu, kaget lalu malah jadi nabrak kursinya ya bang." Jawabku sekenanya.

"bisa jadi. Tapi tahu kenapa itu lubang tidak ditambal sama pemerintah." keluhnya.

"Mungkin lubang itu menunggu ada orang penting jatuh di sana, Bapak Presiden misalnya." Ucap saya berseloroh ngawur.  Sebab bisa jadi instansi-instansi yang saat ini saling lempar tanggung jawab, mengelak memperbaiki dengan alasan ini tanggung jawab pemerintah pusat, atau pemerintah daerah, atau PU atau apalah. Tapi saat ada orang penting, atau mungkin anaknya, atau malah cucu Bapak Presiden 'terlempar' ke aspal gara-gara kena lubang jalanan, baru mereka merasa bahwa ini tanggung jawab saya dan saya akan memperbaikinya saat ini juga.

Entahlah. Kesadaran dan tanggung jawab membangun negeri ini mungkin masih belum milik semua orang terlebih yang gajinya, hidupnya bahkan korupsinya dibayar dan atau pakai uang keringat rakyat Indonesia. Entah sampai kapan mimpi buruk yaitu jalan-jalan berlubang terutama di ibukota jakarta benar-benar zero accidents,  zero demages juga zero victims.

Mimpi? Bisa jadi.

Tapi mau sampai kapan?

~ Irfan Hidayat 15072012 - sebab Hidup adalah Cinta

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun