Hai Kompasianers . . Aku akan melanjutkan kisah pengalamanku dari postingan cerita sebelumnya yaitu Si Rajin Vs Si Pemalas, kemudian aku membuat kisah dengan seri yang berbeda yaitu Atasan (Pimpinan) dan Bawahan (Karyawan). Ini merupakan komponen penting dalam struktur organisasi perusahaan, agar pekerjaan berjalan dengan maksimal dan lancar. Semua kisah ini sesuai dengan pengalaman pribadi yang saya alami dan apabila ada hal yang sama ini mungkin tidak sengaja, semoga bisa harap dimaklumi.
Topik di atas sangat menarik untuk dibahas, seorang Pimpinan (Atasan) dan Karyawan (Bawahan) memiliki keterkaitan dan hubungan antara satu dengan yang lain. Jika salah satu tidak ada maka sebuah pekerjaan akan berantakandan tidak sesuai dengan target yang diharapkan. Seorang pimpinan dan karyawan memiliki peran penting dimasing-masing bagiannya, seorang karyawan tidak bisa bekerja jika tidak ada perintah dari seorang atasan. Begitu juga sebaliknya, seorang atasan tidak bisa menyelesaikan sebuah proyek atau pekerjaan jika tidak ada karyawannya.
Hal ini terjadi sesuai dengan kodrat kita sebagai makhluk sosial, yang saling membangun interaksi dan hubungan komunkasi yang baik agar terciptanya sebuah keharmonisan dalam bekerja, seperti tolong menolong, menghargai dan menghormati antara satu dengan yang lain.
Hal yang membedakan antara atasan dengan karyawan adalah sebuah jabatan/posisi. Antara kedua belah pihak merupakan sebuah kelompok yang harus saling berkoordinasi dan bekerja sama antara satu dengan yang lain. Namun, hal yang harus diingat adalah antara atasan dengan karyawan memiliki benang merah/batasan. Seorang pemimpin mempunyai andil yang lebih banyak dan kursial (penting). Karyawan hanya melaksanakan tugas dan perintah yang telah diberikan kepadanya untuk dikerjakan sampai tuntas dan selesai.
Tapi, karyawan mempunyai hak suara untuk menyampaikan ide dan masukan saran serta kritik untuk seorang atasan agar atasan tidak jatuh pada jalan yang salah. Seperti memaksakan kehendak pribadi tanpa memperdulikan anggotanya, seperti memerintah dan menghakimi se enaknya dan lan-lain.
Seorang atasan tidak mungkin selalu benar karena kita yang hidup di dunia ini tidak ada yang sempurna melainkan banyak kekurangannya, itulah guna seorang atasan memiliki bawahan untuk saling berkomunikasi dan menjaga kerukunan dalam bersosialisasi baik itu di tempat kerja dan di luar jam kerja. Pada intinya adalah "Saling mengingatkan untuk sebuah kebaikan."
Seorang pemimpin yang baik adalah memiliki sifat tanggung jawab, loyalitas, dedikasi, integritas, wibawa yang tinggi, simpati, empati, kharismatik serta yang paling penting adalah jujur. Seorang pemimpin yang berhasil adalah bagaimana ia bisa membimbing dan mengayomi anggota selayak-layaknya hingga menjadi karyawan yang tangguh dan cakap, sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan efisien.
Tugas seorang pemimpin tidak semudah apa yang kita bayangkan, menurut kita seorang pemimpin hanya bertugas memberikan perintah tugas untuk dikerjakan kepada anggotanya saja. Itu tidak cukup benar karena seorang pemimpin bertanggung jawab penuh dari awal kerja dimulai hingga tuntas dan selesai pekerjaan tersebut, atau bisa saja kemungkinan terjadi dilapangan tidak sesuai dengan harapan dan adanya sebuah permasalahan. Pada saat itu sikap dan keputusan yang harus dibuat dapat dipikirkan secara matang dan hati-hati agar tidak ada  yang dirugikan oleh salah satu pihak.
Ucapan dari seorang pimpinan adalah suatu kebijakan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan, maka dari itu seorang atasan selalu berhati-hati dalam berucap. Jika ia ingin menyampaikan sesuatu yang penting maka ia akan memikirkan hal tersebut dengan matang, seperti berdiskusi dengan orang lain dan mencari referensi yang bisa menguatkan kebijakan tersebut harus dilaksanakan.
Namun jika suatu ucapan dan perkataan seorang pimpinan itu sering berubah-ubah dan tidak konsisten dengan ucapannya, maka jangan pernah anda salahkan karyawan anda yang tidak menghargai dan menghormati anda. Karena seorang pimpinan dimata karyawannya adalah seorang petunjuk arah atau nahkoda kapal yang memberikan tugas serta aturan kepada awaknya jika terjadi sesuatu diatas kapal.
Jika seorang pimpinan tidak bisa melakukan hal tersebut maka bersiap-siaplah menunggu waktu jika perusahaan akan hancur atau tidak berkembang secara bertumbuh pesat, melainkan stuck jalan ditempat dan tidak ada kontribusi yang signifikan. kendala yang akan dihadapi pasti sama saja atau malah bertambah menjadi rumit sehingga waktu yang luang terbuang sia-sia dan mubazir.
Tindak tanduk seorang pimpinan juga menjadi perhatian oleh seluruh karyawannya, salah dalam mengambil tindakan maka akan membawa malapetaka bagi seluruh karyawan, dirinya sendiri dan juga perusahaan. Hal ini akan menjad sorotan tajam dan perhatian terhadap kualitas dan kuantitas anda sebagai seorang pimpinan.
Dan apabila hal ini terjadi terus menerus maka hal yang akan timbul adalah saling menyalahkan dan melempar kesalahan kepada orang lain, dan ujung-ujungnya yang menjadi korban adalah bawahan atau karyawannya. Suasana kerja tidak lagi menjadi nyaman dan bekerja pun terasa terbebani akan takutnya terulang kembali kesalahan tersebut.
Jika hal diatas terjadi, seorang karyawan berhak ikut andil untuk menyerukan hak suaranya berupa kritikan/saran dan memberikan solusi jalan keluar dari permasalahan tersebut, namun yang harus diperhatikan adalah tetap pada cara yang baik. Kapan itu dilakukan ? yaitu pada saaat meeting bersama atau sedang briefing atau menemui langsung ke ruangan atasan anda dengan cara meminta waktu sesuai aturan yang tepat dan sopan.
Satu hal yang harus diperhatikan oleh seorang karyawan adalah menahan emosi untuk melakukan pemberontakan, berupa luapan emosi, bertindak anarkis, demo dan lain sebagainya. Jadilah seorang karyawan yang bijak dan smart dalam berucap dan bertindak. Jangan tergoda dan tersulut dengan situasi kondisi yang tidak baik, tenangkan pikiran dan terus berusaha berfikir positif agar energi baik selalu mengalir dalam diri anda.
Setiap kesalahan yang terjadi merupakan tanda bahwa kita sebagai manusia yang tidak sempurna, yang masih memiliki kekurangan dan kelebihan. Â Maka dari itu Allah memberikan kita akal pikiran untuk kita bisa berfikir dan mencari solusi yang terbaik dengan cara membuka forum diskusi antara karyawan dan atasan, agar terciptanya transparansi serta keterbukaan dalam bekerja sama guna untuk menghindari yang namanya perselisihan yang berujung pada pertengkaran.
Hal itu merupakan sikap bodoh dan tak berpendidikan, jika emang demikian terjadi  ? sesuatu hal tidak perlu diselesaikan dengan otot dan emosi karena tidak ada faedahnya melainkan hanya mendapatkan sakit hati dan putus komunikasi. Dalam suatu perusahaan jika sudah tidak ada komunikasi yang baik lagi, maka bersiaplah menunggu bom waktu yang akan membinasakan anda dan orang-orang didalamnya.
Suatu kerja sama yang baik terjalin antara karyawan dan atasan, akan dipastikan itu adalah hasil kerja sama team yang solid dan utuh. Karena interaksi, sosialisasi dan komunikasi antara satu dengan yang lainnya adalah suatu hal pencapaian yang harus diapresiasi dengan suatu tindakan. Seperti atasan memberikan luang waktu untuk berkumpul bersama yang dihadiri oleh seluruh karyawan atau makan bersama agar terciptanya  suatu tali persaudaraan yang baik dan erat antara pimpinan dan bawahannya.
Jangan pernah seorang pimpinan atau atasan memiliki perasaan dan keinginan untuk ditakuti oleh karyawannya, itu merupakan suatu tindakan bodoh dan amatiran bagi seorang mental pemimpin senior, jika hal itu dimiliki dan dilihat oleh bawahannya maka bisa dipastikan bawahan anda akan tidak menghargai anda dan ia akan belajar memperbaiki jika dikemudian hari memiliki kesempatan yang sama seperti posisi anda sekarang. Lalu, ia akan bertumbuh menjadi seorang pemimpin yang bermartabat, berwibawa, bertanggung jawab, loyalitas. Dengan demikian orang-orang yang berada disekeliling anda akan respect dan segan melihat anda sebagai atasan yang baik.
Menjadi seorang pemimpin yang ditakuti akan membuat karyawan tidak leluasa dalam berekspresi, sebagai contoh jika karyawan ingin melakukan sesuatu yang atas dasar inisiatif sendiri atau ada ide yang cemerlang dalam mengatasi sebuah permasalahan, karena ia merasa takut akan atasannya maka ia memilih untuk diam dan bodoh amat, karena menjadi sorotan orang banyak apabila penyampaiannya kurang berkenan dan tidak sesuai.
Namun jika ada seorang karyawan yang nekat dan melakukan kehendak tanpa sepengetahuan atasan mungkin ini adalah bentuk cara pelarian karyawan dalam menghadapi seorang atasan seperti diatas. Jadi, jangan pernah berfikir untuk menjadi seorang atasan yang ditakuti melainkan jadilah seorang atasan yang bisa memimpin dan menganyomi anggotanya sehingga timbul rasa nyaman, segan dan anda akan dihormati dengan selayaknya.
Untuk menjadi seorang atasan yang seperti dijelaskan tidaklah mudah dan butuh proses. Ada trik dan tata cara untuk bisa seperti demikian. Didunia ini tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau terus belajar dan berusaha.Ingat sesuatu yang didapatkan tidak ada yang instan melainkan melalui proses yang panjang dan pengorbanan yang besar.
Trik menjadi seorang pemimpin yang berkarakter :