Ku tengok lagi arloji yang mellingkar ditangan kiriku, sudah pukul tiga pagi lewat dua puluh lima menit, aku masih duduk meghabiskan sisa minuman kopi terakhirku. Notebook yang aku bawa sudah mati, lowbatt, dan aku ga bawa chargeran jadi kubiarkan saja dia tergeletak manis didepanku. Orang asing yang bernama Damar yang baru saja aku kenal beberapa menit lalu juga masih duduk di depanku, sekarang dia lebih tenang, diam, dan sepertinya larut dengan ipad yang dia bawa, syukurlah, jadi tidak banyak yang dibicarakan, sudah tidak mood lagi untuk ngobrol.