Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Semakin Terkikisnya Kesenian Gamelan

4 Oktober 2012   00:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:17 2333 1

Salah satu tempat di Yogyakarta yang dapat kita kunjungi dimana kita bisa melihat pertunjukan gamelan adalah Kraton Yogyakarta. Kita bisa menonton pertunjukkannya pada hari kamis pukul 10.00 - 12.00 WIB digelar gamelan sebagai sebuah pertunjukkan musik tersendiri, sedangkan pada hari sabtu pada waktu yang sama digelar musik gamelan sebagai pengiring wayang kulit. Selain itu kita juga dapat melihat tempat pelatihan gamelan yang terdapat di Yogyakarta yaitu kediaman keluarga Bapak Wijan (56 tahun) bersama istrinya Ibu Mulyani (50 tahun),  yang bertempat tinggal di daerah  Polowijan no 17 kulon pasar Ngasem Yogyakarta, tepatnya didaerah selatan alun-alun utara Yogyakarta. Disana kita bisa banyak belajar menabuh (memukul) gamelan, mempelajari nada-nada gamelan yang sedikit berbeda dari nada standar, kemudian disamping itu daerah ngasem juga banyak tempat jualan pernak pernik dan kaos jogja yang berjejer sepanjang jalan menuju ngasem. Kawasan ngasem dulunya adalah pasar hewan hias dan tanaman hias yang sangat terkenal di Yogyakarta pada dulunya, sekarang pasar hewan dan tanaman hias sudah pindah didaerah bantul yang lumayan jauh jaraknya dari jantung kota Yogyakarta, saat ini pasar ngasem hanya menjadi pasar harian jawa saja yang agak berkurang aktivitasnya.

Walaupun terlihat kuno, namun bagunan rumah pak Wijan sangatlah kokoh dan kuat. Bentuk ukirannya pun unik, di setiap sudut rumah terpasang alat-alat gamelan dari yang kecil sampai yang besar. Di dalam rumah yang kecil dan mungil ini kami disambut baik. Tutur kata yang lembut dan senyum ramah yang selalu terpancar membuat susana di rumah tersebut menjadi nyaman dan menyenangkan. Dalam sela-sela waktu yang ada bapak Wijan dan ibu Mulyani banyak menceritakan tentang kehidupan mereka dalam mengembangkan Gamelan atau yang sering mereka sebut dengan Karawitan. Sepanjang perjalanannya pak Wijan sendiri mempunyai dua kelompok Karawitan. Kelompok pertama bernama Punjolaran dan yang kedua bernama Dipowiromo. Kedua kelompok Karawitan tersebut sudah dikelolanya sejak empat atau lima tahun yang lalu.

Setiap malam senin, mulai dari jam 8 sampai dengan jam 11 pak Wijan selalu mengadakan latihan Karawitan atau memainkan alat musik gamelan. Beliau tidak perlu mengeluarkan  biaya atau penyewaan alat musik  saat mengadakan latihan karena mereka sudah mempunyai alat dan tempat latihan sendiri. Biasanya yang memainkan alat musik gamelan ini berkisar antara  20 sampai dengan 30 orang dalam setiap kali pentas. Selain merupakan sanggar latihan dan tempat pelestarian cagar budaya kediaman pak Wijan yang telah banyak dikenal banyak orang disekitar ngasem juga merupakan tempat penjualan alat gamelan baik satu set maupun eceran. Pada era 1960an seorang pemilik gamelan satu set adalah orang yang dianggap kaum borjuis (bangsawan) yang dianggap orang kaya. Namun pada jaman sekarang cenderung orang enggan memiliki gamelan, selain mahal dan sulit untuk bisa menguasai game itu sendiri, gamelan juga sudah mulai tersisihkan dengan alat muik yang lebih moderen. Ada dua jenis bahan gamelan pada awalnya yaitu perunggu dan kuningan yang harganya bisa mencapai 600 juta satu set-nya, namun seiring perkembangan zaman ada juga bahan baku gamelan yang terbuat dari besi yang harganya jauh lebih murah dari bahan perunggu dan kuningan ujar pak Wijan dikediamannya setelah kami jumpai disekitar taman parkir taman sari Yogyakarta. Pak Wijan juga mengatakan bahwa yang biasanya membeli gamelan dengan bahan besi ialah pengamen-pengamen yang berada diperempatan lampu merah atau pun digunakan hanya untu hiasan rumah saja. Pak wijan juga mengatakan bahwa gamelan yang memiliki suara bagus itu ialah gamelan yang bekas pakai bukan yang baru. Malah kebanyakan orang mencarik gamelan yang bekas karena suaranya yang lebih nyaring ketimbang gamelan yang baru. Pada saat saya bertanya mengapa gamelan yang bekas itu lebih baik kualitas suaranya? Pak wijan pun langsung menjawabnya karena semakin sering gamelan itu di pukul atau di ketuk secara terus menerus maka secara tidak langsung membuat suarana lebih lentur dan nyaring ketimbang yang baru.

Harga satu set yang besi dan kuningan serta perunggu juga mencapai 200 juta, gamelan itu mahal diakibatkan karena bentuk lekuknya, kualitas suara, serta jumlahnya banyak atau sedikit keunikan itu digunakan. Ternnyata  alat pemukul gamelan itu dibuat dari daerah tersendiri dengan gamelannya itu sendiri, yaitu daerah Klaten Jawa tengah tepatnya sebelah timur kota Yogyakarta, sedangkan gamelan diproduksi di berbagai tempat ada yang dari Solo, Madiun, Ponorogo serta Yogyakarta. Di daerah Yogyakarta masih banyak tempat atau sanggar gamelan yang aktif maupun tidak aktif akan tetapi yang paling deket dari jantung kota Yogyakarta hanya sanggar yang dikelola pak Wijan saja dan masih sangat aktif, sanggar pak wijan selalu melakukan latihan rutin seminggu dua kali. Apabila anda datang ke Yogyakarta jangan lupa untuk berkunjung kekediaman pak Wijan didaerah ngasem tepatnya sebelah kanan pasar ngasem pas tingkungan jalan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun