Setelah kubu Jazuli-Zakki (calon gubernur Banten nomor urut tiga) menuding Wahidin Halim (calon nomor urut dua) tidak punya etika, kali ini giliran tim sukses Wahidin Halim membalikkan tuduhan. Beberapa waktu lalu, tim sukses pasangan WH-Irna menyebut tim Jazuli-Zakki yang menyebarkan selebaran gelap yang memfitnah pasangan Ratu Atut-Rano Karno. Hal itu bisa dilihat dari pernyataan juru bicara WH-Irna, Jazuli Abdillah kepada sejumlah wartawan saat ditanya siapa pelaku penyebaran tersebut. “Bisa saja tindakan itu dilakukan oleh tim Jazuli-Zakki dengan maksud tertentu,” katanya sebagaimana diberitakan beberapa media massa. Sebelumnya, Ketua DPW PPP Banten yang berkoalisi dengan PKS mengusung pasangan Jazuli-Zakki menuding Wahidin Halim tidak punya etika. ”Wahidin Halim sebenarnya nama yang baik dan bagus, namun sangat disayangkan penyandang nama tersebut tidak sesuai dengan namanya. Dia (WH) menggandeng kader PPP tanpa permisi. Apa ini disebut punya etika,” kata ketua DPW PPP Banten Mardiono di hadapan ribuan simpatisan dan pendukung Jazuli-Zakki saat kampanye terbuka di lapangan PWS Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Jum’at (07/10).
Mardiono mengatakan, bagaimana mungkin masyarakat bisa berakhlakul karimah sementara pemimpin atau pencetusnya sendiri tidak mencerminkan akhlak yang baik. Akhlakul karimah cuma slogan semata yang hanya untuk menaikkan ratingnya supaya dipilih oleh masyarakat.
Dalam komunikasi politik, konfrontasi pernyataan kedua kubu merupakan jalinan aksi-reaksi antara komunikator dengan komunikan yang saling bertaut dan saling berganti posisi. Pernyataan tim sukses Jazuli-Zakki adalah sebuah aksi yang kemudian mendapat reaksi dari kubu Wahidin Halim.
Namun, reaksi tamparan itu begitu telak mengenai kubu Jazuli-Zakki. Pasalnya, penyebaran selebaran yang terbukti kuat dilakukan oleh tim sukses Wahidin Halim (baca tulisan sebelumnya: Demokrasi Barbar) dituduhkan kepada Jazuli-Zakki. Di sini, kadar komunikasi yang dibangun masing-masing kubu tidak berimbang dan perlu ditindaklanjuti lebih jauh.
Dari indikator yang terdapat pada pelaku, sebenarnya Jazuli-Zakki tidak ada kaitan sedikit pun dengan penyebaran itu. Hanya saja tuduhan kubu WH-Irna telah membuat kubu gabungan PPP dan PKS ini terpojokkan.
Ada dua cara menyikapi masalah tersebut. Pertama, memberikan reaksi balik terkait adanya pernyataan yang merugikan kubu Jazuli-Zakki. Ini tidak hanya menyangkut nama baik tetapi juga masalah kebenaran wacana yang tersebar di masyarakat. Kedua, menuntut kubu WH-Irna untuk minta maaf karena telah menyebarkan fitnah yang merugikan integritas Jazuli-Zakki.
Di tengah era demokrasi digital seperti saat ini, suatu pernyataan selalu sudah (always already) dikoneksikan dengan pernyataan lain. Dalam posisi itu, kebenaran terletak pada koherensi pernyataan tersebut yang berhubungan satu sama lain. Di sinilah konsistensi sebuah pernyataan perlu diuji.