Anak saya kelas I SMA disalah satu sekolah negeri yang cukup terkenal di kota yang terletak di ujung paling timur pulau jawa ini. Beberapa waktu yang lalu kebetulan anak saya menyodokan raport hasil ulangan untuk ditandatangani oleh orang tua. Nilainya cukup baiklah. Cuma ada satu pelajaran yang menurut saya nilainya agak jelek, yaitu praktek sholat. Kemudian saya tanya anak saya "Nak nilai praktek sholatmu kok jelek, kenapa?" Kemudian anak saya menceritakan, kata gurunya waktu praktek sholat shubuh dia tidak baca do'a qunut katanya. "Kamu harus memilih NU atau Muhammadiyah" anakku menirukan penjelasan guru agamanya. Memang ternyata setelah ditanya ke teman-temannya yang membaca qunut nilainya lebih baik dari pada yang tidak membaca. Jawaban guru agamanya inilah yang menggelitik saya untuk berbagi cerita ini pada teman-teman kompasianer.
Setelah mendengarkan cerita anak saya ini terus terang sebagai orang tua saya merasa prihatin. Apa ya yang dipakai dasar gurunya memberi nilai yang baik bagi siswa yang membaca qunut pada praktek sholat shubuh dan nilai jelek kalau tidak pakai qunut? Terus kenapa juga ya harus ada pertanyaan kamu NU atau Muhammadiyah? Apa memang kita harus ikut NU atau Muhammadiyah? Ya sudah pasti anak saya bingung ketika ada pertanyaan seperti itu, karena memang saya bukan anggota kedua ormas itu. Dan jujur saya memang tidak suka untuk terbawa dalam suatu ormas tertentu.
Sebagai sekolah negeri (umum) seharusnya seorang guru agama tidak sepatutnyalah melakukan pembedaan seperti itu. Sebagai pengetahuan mungkin tidak apa-apa seorang guru menjelaskan perbedaan antar ormas. Misalnya kalau NU itu sholat shubuhnya pakai qunut, sedangkan Muhammadiyah tidak. Tetapi tidak sepantasnya dia memaksakan seolah-olah kalau dia ikut ormas tertentu kemudian bila siswanya tidak mengikuti seperti apa yang dia yakini, terus dianggap salah atau kurang sehingga nilainyapun jelek.
Padahal tidak ada satu riwayatpun yang shahih bahwa rasulullah melakukan qunut dalam sholat shubuh. Qunut khusus dalam shalat Shubuh yang dilakukan terus menerus seperti yang nampak dilakukan banyak kaum muslimin, adalah perkara bid`ah yang tidak ada dasar yang kuat dari Rasulullah dan para Sahabatnya. Hal ini, merupakan perbuatan bid’ah yang telah dijelaskan secara tegas oleh Sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Abû Mâlik al-asyja’i Sa’ad bin Tharîq berkata: "Aku bertanya kepada bapakku: Wahai bapakku, sungguhkah engkau pernah shalat dibelakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, Umar dan Utsman serta Ali di Kufah ini selama lebih dari lima tahun. Apakah mereka pernah melakukan qunut dalam shalat shubuh? Beliau menjawab: Tidak benar Wahai anakku! Itu perkara baru (bid’ah). (HR. Ibnu Mâjah dan dishahîhkan al-Albâni dalam Irwâ’ al-Ghalîl no. 435)
Nah bagaimana menurut anda?