Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Mungkinkah Dahlan Iskan Jadi Presiden RI?

1 November 2011   19:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:11 1457 0
Saya hanya mengenal sosok Dahlan Iskan (DI) dari pemberitaan media cetak serta beberapa wawancara di televisi. Dengan demikian saya sudah pasti bukan temannya DI, apalagi saudaranya. Namun, selama saya mengikuti pemberitaan DI, kebijakan-kebijakannya di PLN sebagai Dirut, kisah suksesnya meniti hidup, pengakuan jujur tentang transplantasi hati di China, hingga menitikan air mata pada saat konfrensi pers di panggung menteri baru, saya merasa terkagum dan merindukan seorang pemimpin bangsa ini seperti beliau.

Sewaktu Anas Urbaningrum terpilih jadi Ketua Umum Demokrat, saya juga menulis di Kompasiana dengan memuji dan menaruh harapan akan politisi muda yang sangat santun ini. Namun pemberitaan akhir-akhir ini di tubuh Partai Demokrat, ingin rasanya saya menghapus tulisan saya itu. Lantas, kenapa saya harus berbagi mimpi untuk seorang DI?

Salah satu keputusan yang sangat salah yang dibuat SBY adalah mencopot DI dari Dirut PLN. Hal ini menunjukkan betapa tidak bertanggungjawabnya seorang presiden terhadap keputusan yang telah diambilnya dalam menempatkan orang yang tepat di kursi bossnya PLN. SBY tidak menyediakan ruang yang cukup bagi DI untuk bisa menyelesaikan misi DI di PLN, atau SBY tidak melihat urgensinya program-program DI di PLN harus diselesaikan dengan tuntas? Maka menjadi jamak apabila masyarakat kembali was-was akan padamnya arus di PLN seperti yang selama ini kita alami.

Sebenarnya kita tidak memerlukan orang seindah DI di Menteri BUMN. Bangsa ini harusnya lebih memilih orang-orang seperti DI di setiap BUMN sehingga BUMN bisa memberi kontribusi laba bagi negara yang sedang mengalami krisis kepemimpinan ini. Bisa kita bayangkan apabila orang yang memiliki visi seperti DI ada di setiap BUMN, maka menterinya hanya mengerjakan hal-hal ringan yang tentunya tidak membuat pusing sang Presiden.

Sikap tegas, konsisten, berkomitmen adalah gambaran saya terhadap sosok DI. Beliau juga sangat paham manajerial sehingga tahu harus memulai dari mana untuk membenahi sebuah masalah. Gambaran inilah yang tidak pernah saya lihat pada sosok pemimpin kita saat ini, dan menjadi tidak heran pula apabila para tokoh agama menjadi menangis perih melihat kondisi bangsa ini. Kita tidak ingin pemimpin kita peragu, lambat dan terlalu sering curhat. Kita butuh pemimpin yang tegas, cepat dalam mengambil keputusan, dan tidak pernah curhat sama sekali.

Untuk menjadi Presiden ke depan, mungkinkah DI? Jawabannya adalah mungkin. Mungkin, apabila partai politik sadar benar untuk membangun bangsa ini lebih cepat. Mungkin, apabila partai politik sadar bahwa mereka tidak punya kader yang layak untuk kondisi medan seperti Indonesia saat ini.

Kalau bangsa ini punya pemimpin yang pintar, maka masyarakat Indonesia akan pintar. Kalau bangsa ini punya pemimpin yang tidak peragu, maka masyarakat Indonesia akan menjadi pemberani. Bangsa ini harus tidak perduli pemimpinnya suku apa dan agama apa. Bangsa ini harus peduli kepada sosok pemimpin yang mampu berpikir dan berbuat secepat F1 untuk memajukan bangsa ini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun