Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Menapak 2025 Berubah Berbuah (Seri Diskusi Mblarah #16)

27 Desember 2024   21:56 Diperbarui: 27 Desember 2024   21:56 26 2
Menapak 2025 Berubah Berbuah
(Seri Diskusi Mblarah #16)
Ditulis oleh : Eko Irawan


Mari kita baca dalam dalam Status yang dibuat oleh skuad, "Monggo Nang Njago" di atas. Bukan sekedar pernyataan biasa saja. Bukan hanya untuk pada skuad team yang ada di Monggo Nang Njago saja. Pernyataan tersebut sangat menggelitik siapapun yang punya pikiran tentang perjuangan untuk maju bersama. Dari masyarakat kampung, oleh masyarakat kampung dan untuk masyarakat kampung.    Skuad ini menamakan diri mereka, "Kumpul Jagoan."

Perjuangan mereka sangat menginspirasi. Mampu membaca peluang dan potensi. Tidak hanya dibicarakan saja, tapi terbukti dikerjakan. Modalnya guyub rukun, gotong royong dan sinergi. Bukan tanpa masalah tapi dengan musyawarah mufakat semua bisa tuntas. Bukan hanya ditonton, tapi mari dikerjakan bersama. Dengan spirit Berubah, maka Berbuah akan jadi hasilnya.  Mau menanam, pasti bisa memetik. Dengan menyatukan satu visi misi sebagai kumpul Jagoan, keinginan maju bersama berhasil membangun guyub rukun yang sebenarnya asli budaya Nusantara.

Tak mudah memang merintis sebuah gagasan diatas banyaknya komunitas masyarakat di dalamnya. Menaklukan ego dan superioritas mereka yang merasa paling hebat dan nomer Wahid adalah sebuah tantangan besar yang tidak mudah, sepanjang Ruh perubahan belum mampu menyatu dalam diri masyarakat bahwa tujuan dari gagasan dimaksud adalah milik bersama, untuk keberhasilan bersama secara umum. Dan Monggo Nang Njago memberikan contoh yang sangat menginspirasi. Tak salah mereka mengeluarkan sebuah Status tentang spirit menyambut tahun baru dengan Berubah Berbuah. Selamat dan sukses untuk teman teman Monggo Nang Njago, dengan Bismillahirrahmanirrahim menyambut tahun 2025 dengan Berubah dan Berbuah.

Belajar Membumikan Gagasan

Disetiap lingkungan pasti ada potensi dan peluang yang bisa digagas menjadi sebuah inovasi yang brilian. Di negeri ini tidak akan kekurangan orang pintar, tapi pertanyaannya orang pintar tersebut apakah mau menularkan ilmu ilmunya untuk pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Hal ini bukan soal memberi amal sumbangan berwujud bantuan ekonomi semata. Jika hanya untuk bantuan sosial belaka, malah membuat masyarakat sekitar menjadi manja. Hanya menunggu dibantu, dan tak ada keberanian untuk bangkit mandiri.

Mengapa kita harus belajar mandiri ?
Sebab hidup tak selamanya bisa dibantu oleh pemerintah, lembaga atau perorangan yang peduli pada masyarakat setempat. Banyak kampung punya potensi dan peluang yang luar biasa, tapi didalamnya tidak mampu berubah secara signifikan. Kok mengharapkan berbuah untuk kesejahteraan bersama,  kepedulian membangun gagasan yang membumi saja hampir tidak ada. Yang ada adalah kepandaian mengkritik dan menyalahkan pihak lain sebagai biang keladinya. Ego dan superioritas lebih mendominasi sehingga muncul gab yang memisahkan dan membeda bedakan kelas masyarakat. Tak ada tekad bersama untuk berubah dan memetik hasil bersama. Perubahan akan jadi konsep mimpi yang hanya dibicarakan dan lahir sikap pesimis diawal yang seolah olah tahu dan sangat paham dengan memastikan bahwa gagasan tersebut pasti gagal. Belum dicoba kok sudah memutuskan ? Belum melangkah kok inginkan memetik hasil ? Mana ada pohon berbuah tanpa mau menanamnya ?

Kemampuan Belajar Membumikan gagasan adalah langkah awal agar gagasan tidak hanya dipikirkan dan diperdebatkan tanpa ending. Sudah saatnya berani mewujudkan gagasan jadi action nyata. Oleh siapa ? Itulah tugas Team work agar semakin tangguh dan konsisten membangun gerakan bersama. Ibarat sebuah batu, tanpa diasah akan tetap jadi batu. Batu akan berkelas permata setelah diasah, digosok dan diproses. Dalam perjalanan ini akan diketemukan watak asli dari tiap person dalam team work. Inilah yang saya maksud belajar Membumikan gagasan. Mereka inilah pioner sejati yang akan mengawal langkah langkah selanjutnya. Ada seleksi alam didalamnya, ada yang konsisten, ada yang nggembosi, ada yang merasa paling super, ada yang mampu introspeksi dengan mengakui kekurangan tapi mau belajar, ada yang mundur, ada yang terus maju. Macam macam sesuai karakter orang orang itu sendiri. Yang ekstrim itu ada yang mengganggu. Hal ini wajar sebagai bentuk seleksi alam yang pada akhirnya akan jadi titik temu siapa sebenarnya yang tulus ikhlas bekerja dalam team work yang solid, kuat dan konsisten. Dari sanalah muncul ekosistem yang bekerja secara seimbang menumbuhkan sisi sosial dan pertumbuhan ekonomi dalam sinergi yang nyata ada. Tanpa dukungan pertumbuhan ekonomi, gagasan akan mandeg. Terlalu sibuk dengan pertumbuhan ekonomi, sisi sosial akan terabaikan. Pertumbuhan ekonomi dan sosial ini harus tumbuh seimbang sehingga mampu memetik makna kesejahteraan bagi masyarakat.

Menterjemahkan Berubah Berbuah

Dalam narasi dari status teman Teman Monggo Nang Njago diatas menjelaskan proses yang mereka jalani bukan instant. Bukan Sim salabim, sekali sulap langsung jadi. Dorongan untuk berubah ini membentuk team work "Kumpul Jagoan" sebagai gerakan bersama. Pertumbuhan ekonomi kreatif dan gerakan sosial yang ada di "Monggo Nang Njago" telah jadi sebuah ekosistem.

Perubahan besar akan mustahil jika didalamnya tidak ada perubahan perubahan kecil yang terus tumbuh, dipupuk, dirawat dan diyakini bersama akan segera berbuah. Gerakan perubahan perubahan kecil ini membentuk sebuah kekuatan besar yang sangat tangguh yang terus berkelanjutan dalam ekosistem yang dibangun bersama. Slogan "Berubah Berbuah" akan jadi spirit menapak ditahun baru 2025 dengan penuh semangat. Berubah Berbuah dirasa cukup mewakili, karena siapa yang mampu berubah menuju ke arah lebih baik, insya Allah akan membuahkan hasil. Dan hal itu diawali dengan Bismillahirrahmanirrahim.

Semangat Bangkit dan Berubah

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun