Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Walimahan Musim Buwuh dan Hutang (Seri Diskusi Mblarah #2)

28 November 2024   21:00 Diperbarui: 28 November 2024   21:55 80 2
Walimahan, Musim Buwuh dan Hutang
(Seri Diskusi Mblarah #2)
Ditulis oleh Eko Irawan

Musim Buwuh dalam adat Jawa hadir dalam hari dan bulan tertentu yang dianggap baik untuk mengadakan Walimahan. "Ngelu Cak, Akeh buwuhan!" Keluh Sam Udik membuka diskusi Mblarah senja itu. Yang Mblarah diskusinya apa buwuhannya ?

Buwuh di acara walimahan seolah jadi ladang bisnis. Yang paling ekstrim, amplop buwuhan isi uang ini dibuka didepan kita dan dicatat nama dan nominal uangnya. Buwuh Seolah punya hutang yang harus dikembalikan. Ada sikap yang tak enak saat buwuhan kita tak sesuai harapan. Memang tak semua daerah memakai adat ekstrim seperti itu.Namun Karena hari dan bulan baiknya sama, maka acara buwuhan di waktu tersebut jadi banyak undangan ke sana ke mari. Ini yang bikin pusing mendadak karena tak semua orang punya anggaran berlapis. Apalagi yang walimahan tetangga dekat. Sekarang disitu. Besok dua rumah dari situ. Lusa tetangganya. Ini jelas bikin pusing, Soalnya kita saling kenal baik. Terus bagaimana solusinya ?

Lomba Horeg saingan wah

Walimahan adalah pesta pernikahan yang disyariatkan dalam Agama. Tentunya sebagai bentuk syukur karena dimudahkannya melangkah untuk keberlangsungan pernikahan. Acara walimahan seharusnya sakral, sederhana tidak masalah yang terpenting perhelatan nikah sesuai syari'at agama dan Sah menuju keluarga Sakinah, mawadah warahmah. Lebih baik memikirkan kehidupan setelah menikah dari pada jadi raja dan ratu sehari saja, namun hari hari setelahnya jadi puyeng.

Walimahan yang super wah apakah harus ? Kemauan pengantinnya sendiri atau kehendak orang tua atau keluarga besarnya ? Pernikahan yang wow memang idaman semua pengantin. Jadi pakai standar artis, orang terkenal dan kemewahan lainnya. Hal ini jadi tuntutan. Jika tidak wow, bakal jadi tontonan yang di ghibah. Antar tetangga jadi lomba Horeg saingan wah. Jadi pusing saat hanya berjarak tiga rumah dan berbatas jalan raya, sound horeg saling berhadapan dengan memutar musik DJ dan adu menyewa hiburan yang berbeda. Entah apa yang dipikirkan orang orang ini.

Yang Mblarah ini yang diskusi atau yang bikin horeg. Apalagi yang digelar bak acara karnaval. Kalau yang nyanyi artis sesungguhnya, tentu enak didengar. Yang runyam itu yang naik panggung adalah tamu undangan yang menyanyi seenak hati tak peduli kualitas nyanyinya hanya kelas kamar mandi. Lucu aja mendengarkan moment bak ruang karaokean ini. Belum pusing soal buwuhan, ditambah perang sound horeg. Ya bagaimana lagi, ini trend kekinian, kalau tak horeg serasa belum sah. Apakah saingan wah seperti ini patut dijadikan lomba untuk walimahan ?

Pesta Sehari setelahnya....

Diskusi Mblarah ke urusan pentingnya kemewahan acara walimahan termasuk lomba horegnya. Apalagi tenda yang digunakan sampai nutup jalan. Saat syukuran, undangan dipilih orang orang yang selevel saja. Terus yang fakir bagaimana ?

"Seburuk-buruk makanan adalah makanan walimah, hanya orang-orang kaya yang diundang kepadanya, sedangkan kaum fakir dibiarkan (tidak diundang) (HR. Bukhari)

Padahal Pernikahan bukanlah sebatas resepsi pesta saja, tapi pernikahan adalah hal sakral yang menyangkut dua jiwa. Ada banyak kisah setelah walimahan yang jadi berat jika dipaksakan.

Setiap pasangan pasti memiliki angan untuk mengadakan pesta pernikahan impian. Namun terkadang lupa kalau budget yang ada tidak hanya perlu untuk pesta namun juga untuk kehidupan pernikahan setelahnya.

Hidupmu bukan seperti yang tayang di sinetron di TV. Bukan seperti film bioskop. Kita bukan artis, atau tokoh terkenal dengan penghasilan unlimited. Alasan ini yang membuat para muda jadi takut menikah. Pesta walimahan nya saja tidak terjangkau. Jika tidak mewah, maka bakalan jadi trading topik ghibah sekampung. Untuk mengejar kemewahan jadi raja dan ratu sehari apa yang dilakukan ? Hutang !

Hutang sedikit kurang, Hutang Banyak bingung bayarnya, tidak hutang butuh.

Sehari mewah, besoknya terjerat kesulitan keuangan. Seperti inikah pernikahan ideal?
Tradisi hutang dalam rumah tangga bukan solusi cerdas. Penghasilan dan kewajiban tidak sebanding. Terus bagaimana mencukupi biaya hidup pasca walimahan horeg ? Ya jadi horeg sendiri.

Mblarah jangan jadi pilihan bodoh dalam menentukan masa depan hidupmu. Untuk apa hanya sehari saja dipuji kanan kiri, jika seumur hidup memikul tanggung jawab bernama hutang dan hutang. Gunakan skala prioritas yang logis. Bahagia itu bukan karena mewahnya walimahan mu, tapi tercukupinya biaya hidupmu berdua dengan segala konsekwensinya. Menuruti ghibah tetangga bisa sinting. Buat apa dipuji, jika selanjutnya untuk beli beras saja harus nambah hutang. Belum lagi biaya biaya tak terduga. Malu jika hidup adalah hutang, tenggelam dalam hutang. Kerja siang malam hasilnya tak akan mampu melunasinya kecuali nambah hutang. Sesungguhnya dalam dunia ghibah, dibalik dirimu tetap jadi trading topik ghibah tentang si anu dan si anu si raja hutang yang ditertawakan dan dihina kebodohannya.

"Jangan gadaikan masa depan dengan kemewahan sehari saja. Jadilah waras, dari pada sinting seumur hidup demi jadi raja dan ratu yang horeg dipuji-puji tapi pakai hutang."

De Huize Mblarah, 28 November 2024
Ditulis untuk Seri Diskusi Mblarah 2






KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun