(Seri Bicara dengan Puisi #17)
Ditulis oleh : eko irawan
Ada kalanya buntu. Kemana dan bagaimana, tidak tahu. Tak dianggap, tak didengar, tak jelas, tak menentu. Saatnya belajar kuat, setangguh gunung batu.
Yang berdiri kokoh menantang jaman. Tetap populer disanjung wisatawan. Tetap ada walau dirong-rong kesepian. Karena sadar, sesuatu yang baik tak harus dapat pujian.
Manusia memang butuh pengakuan. Tapi semesta paham, mana ketulusan, mana topeng kepalsuan. Iri dengki benci, jadi pembenaran. Sungguh berkah rejeki, tak bakal salah diturunkan.
Bilang bodoh koar koar bukan kebijakan. Ditertawakan, saat Marah emosional nantang pukul pukulan. Tak tahu lebih baik diam, tak paham lebih mulia belajar kebajikan. Diam bukan kalah, menang tak harus perayaan.
Bicara dengan puisi adalah pilihan. Sastra memberi cara lain dalam kepekaan. Tetap jawab dalam Retorika kata penuh keindahan. Menebar baik bukan dalam kedengkian, jauh dari kebencian.
De Huize Sustaination, 5 September 2024
Ditulis untuk Seri Bicara dengan Puisi 17