(Jinalayapura Jajaghu #2)
Ditulis oleh : eko irawan
Ijinkan aku duduk. Merenung sejenak tentang sejarah. Tentang relief yang terpahat. Tentang sisa yang hilang entah kemana.
Jika kau cinta, kau Sudi memikirkannya. Maha karya abad 13 ada di hadapanmu. Jinalayapura Jajaghu menantangmu. Bisa apa engkau untuk masa depan?
Menalar cinta di Teras Jajaghu. Malu diriku hanya sibuk sok ahli. Sok tahu, sok paham. Masak hanya lihai berdebat tapi nol karya, omong kosong hampa.
Jinalayapura Jajaghu adalah panggung keagungan. Walau hanya jadi debu, ditanya peran apa dirimu. Karena cinta bukan di mulut saja. Cinta itu tulus, walau kau tak dianggap.
Karena Cinta adalah tangan, yang datang saat diri susah. Cinta adalah kaki, yang tidak pergi saat gundah. Dan sepasang telinga, yang adil tanpa anggap rendah. Cinta tulus ada, milik para pejuang yang tak kenal lelah.
Kibarkan panji merah putih, para pemberani yang suci. Terimalah dharma Bhakti. Berperan sesuai apa yang bisa, ada  tanpa mengada ada. Mari Menalar Cinta di teras Jajaghu
Jinalayapura Jajaghu, 5 Agustus 2024
Ditulis untuk Jinalayapura Jajaghu 2