(Seri Rayuan Rayu Merayu #8)
Ditulis oleh : eko irawan
Apalah Arti Sebuah Nama. Tapi tanpa Nama, apa bermakna? Itu doa, itu harapan. Karena aku harus merayu Malang.
Tumenggung Alap Alap sebut tlatah ini Malang [1]. Karena halangi pasukan Mataram. Apa arti Malang itu sial, buruk, halang halangi. Sungguh tak ada Malang di Malang.
Kuingin merayu Malang. Tapi malang dimana? Di malang tak ada tempat bernama malang. Yang ada di malang adalah cinta.
Cinta yang harus diperjuangkan. Cinta yang harus dimenangkan. Karena cinta menurut apapun caramu. Cinta hadir, menurut sudut pandang mu.
Dan merayu Malang itu harus, Itu wajib. Ibu raja raja Singhasari dan Majapahit, datang dari malang [2]. Mata air peradaban itu dari malang. Ditanah Sang Stri Nareswari.
De Huize Mesem, 21 Maret 2024
Ditulis untuk Seri Rayuan Rayu Merayu 8
Catatan kaki
[1] Disebutkan dalam cerita rakyat yang dirangkum dalam situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bahwa 1.600 tahun yang lalu, Sultan Agung, raja Mataram, ingin menaklukkan seluruh pulau Jawa. Dia ingin semua kerajaan Jawa berada di bawah kendali Mataram.
Untuk melancarkan rencananya, dia juga menyerang beberapa tempat, terutama dengan menaklukkan Jawa Timur. Dia dikabarkan telah mengirimkan sekitar 8.000 pasukan yang dikerahkan di Jawa Timur bagian selatan, pantai utara dan di jalur tengah yang meliputi beberapa wilayah, salah satunya Malang.
Tersebutlah kisah Tumenggung Alap alap, sebagai panglima Mataram yang berusaha merebut malang banyak mengalami kendala sehingga menyebut tlatah malang sebagai daerah Malang, yang menghalangi pergerakan pasukan Mataram merebut malang.
[2] Dalam catatan sejarah, ibu para raja raja di kerajaan Singhasari dan Majapahit ternyata adalah anak cucu keturunan dari Ken Dedes yang menjadi Stri Nareswari, ibu para raja utama di bumi Nusantara. Malang sungguh menarik dalam kajian asal usul yang melahirkan ibu para raja raja di Singhasari dan Majapahit.
Baca seri Rayuan Rayu Merayu lainnya :
https://www.kompasiana.com/tag/rayuan-rayu-merayu