(Seri Puisi Epigram #20)
Ditulis oleh : eko irawan
Apa akan tenggelam. Lama lama akan karam. Perahu kertas tak kuasa menyelam. Saat air masuk diruang gumam.
Gumam yang mengeluh. Tambah berat penuh peluh. Tegar atau luluh. Bertahan atau runtuh.
Walau kertas mampu berlayar. Diatas air yang terhampar. Tapi saat air masuk tersebar. Semakin berat jika mengikuti komentar.
Ikuti kata orang, semakin berat hari hari. Memikul beban yang kritisi. Masuk menambah beban pikiran dan hati. Tenggelam jika diikuti.
Berlayarlah perahu kertasku. Tapi jangan masukan air didalam ruangmu. Semakin banyak, semakin rancu. Tetap waras melangkah maju.
De Huize Sustaination, 31 Desember 2023
Ditulis untuk Seri Puisi Epigram 20
Behind the Poem
Perahu kertas ibarat hidup kita sendiri. Seperti perahu yang berlayar di atas air. Perahu tak akan tenggelam, sepanjang air tidak masuk didalam perahu. Demikian pula dengan hidup kita. Semakin banyak kritikan negatif yang tidak perlu dimasukan di pikiran kita, semakin berat langkah hidup kita memikirkan hal hal yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Apakah engkau memilih tenggelam oleh kata kata orang yang membencimu? Mengikuti orang orang yang ingin kamu celaka? Lalu jika kau tenggelam, kau akan ditertawakan dan jadi bahan ghibah semua orang?
Belajarlah pada perahu kertas!