Daun daun elegi berjatuhan. Disapu angin runtuh ditanah kering. Menguning garing dibasahi tangis hujan. Pupus dipeluk belenggu.
Panji Panji waktu berkibar. Mengantar diujung patah hati. Dunia kelam serasa pahit dan lelah. Bertahan dalam badai. Entah kapan usai.
Masing masing hati telah terjebak kenangan. Yang lalu mengiris. Sesak nafas dalam ruang hampa. Seolah senja ini, jadi beban. Jadi akhir habisnya rasa.
Sandyakala cinta. Dua waktu yang dipertemukan. Titik temu dua kisah yang berbeda. Dua jalan terlunta. Sama sakit. Parah yang apatis. Terluka yang Apriori.
Tuhan mengatur ini Semua. Ditemukan untuk apa? Kau kira aku bajingan terkutuk, yang harus ditolak? Diusir? tak diakui? Cinta ini anugerah, jangan anggap  cinta ini musibah.
Sadyakala cinta. Bertemu untuk satukan. Abaikan perbedaan. Egois sudah bikin sengsara. Hanya manusia bodoh yang curiga pada niat baik. Yang menolak takdir terindah, demi memuja prasangka.
Kemarin Susah? Berdoa ingin berubah? Inilah jalan naik kelas. Sudah ada, siap dijalani. Bersatu untuk proses selanjutnya. Bersama untuk masa depan bahagia.
Pilihan yang harus, karena menunggu yang terbaik, hanya tontonan. Penonton tak ikut memetik bahagia. Saat jalan ini hadir. Pertemuan ini nyata. Sadyakala cinta butuh jawaban segera.