Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Engkong Mengklarifikasi Kata Sandi "Bunda Putri" adalah Pengusaha (?) Bernama Non Saputri

23 Oktober 2013   01:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:09 863 0
Dalam perjalanannya, sidang kasus Korupsi & TPPU impor daging sapi di pengadilan Tipikor Jakarta dengan terdakwa Ahmad Fathanah (AF) dan Luthfi Hasan Ishaaq (LHI) telah menghasilkan berbagai macam kata sandi yang menghebohkan dunia politik Indonesia, tidak kalah jumlah kata sandi rahasia koruptor yang dihasilkan oleh kasus korupsi lainnya, seperti misalnya hasil kicauan Nazaruddin. Kata-kata sandi yang menghebohkan tersebut antara lain Engkong, Sengman, dan terakhir Bunda Putri. Kata sandi Sengman dan Bunda Putri bahkan sangat menghebohkan karena telah menyeret nama Presiden SBY, disertai reaksi Presiden sendiri yang membantah keras dan menghasilkan ungkapan yang sangat terkenal: "1000 persen" dan "2000 persen". Berbagai fakta persidangan dan pengakuan saksi dan terdakwa akhirnya berhasil mengklarifikasi apa sebenarnya maksud kata-kata sandi tersebut.

Setelah kata Engkong terklarifikasi yang ternyata merujuk pada sosok Ustadz Hilmi Aminuddin (HA), Ketua Majelis Dewan Syuro Partai Keadilan Sejahtera (selengkapnya), kemudian disusul sandi Sengman yang ternyata menurut Ahmad Fathanah merujuk pada Ridwan Hakim (RH), anak Engkong (selengkapnya), perkembangan paling terbaru adalah telah diklarifikasikannya kata sandi Bunda Putri oleh saksi di bawah sumpah Hilmi Aminuddin (Engkong) dalam sidang  kasus Korupsi & TPPU impor daging sapi dengan terdakwa LHI pada hari Senin 22/10/2013.

Kesaksian saksi HA antara lain sebagai berikut;

1). Yang dimaksud sebagai Bunda Putri, yang dikenalkan kepada terdakwa LHI, adalah seseorang bernama Non Saputri

2). Non Saputri menurut saksi adalah seorang tokoh pengusaha senior Jawa Barat

3). Non Saputri sering bertamu ke rumah saksi di Lembang, dan dianggap sebagai murid keagamaan, dan sering curhat ke saksi baik mengenai masalah agama maupun politik

4). Saksi mengaku tidak tahu jika Non Saputri adalah mentor bisnis anaknya RH

5). Saksi mengenalkan Non Saputri kepada terdakwa LHI sebagai tamu (sidang sebelumnya LHI menyebut Bunda Putri adalah orang dekat SBY)

(Sumber: Detiknews, 22/10/2013)

Jadi teranglah bahwa yang dimaksud LHI sebagai Bunda Putri adalah Non Saputri. Hubungan Non Saputri dengan Presiden SBY tidak disinggung sama sekali di sini oleh saksi, padahal jelas saksi yang jauh lebih mengenalnya daripada terdakwa LHI.

Ada kesaksian yang menarik lainnya, yaitu saksi membantah pernah ada pertemuan Lembang untuk membicarakan masalah impor daging sapi, padahal Mentan Suswono dan terdakwa LHI sama-sama sudah mengakuinya (Sumber: Detiknews 21/10/2013). Nah, mengingat ketiganya - saksi HA, Suswono, dan LHI - adalah ustadz, yang manakah dari para ustadz ini yang berbohong? Masak sih ustadz bisa bohong?

Lanjut mengenai Non Saputri, seorang kompasioner Faisal Basri telah menuturkan pengalamannya berkenaan dengan sosok Non Saputri (selengkapnya). Bisa ditangkap sekilas bahwa Non Saputri adalah seorang pelobi tingkat tinggi, semacam makelar, yang berkeliaran di sekitar pejabat-pejabat negara seperti menteri-menteri, para dirjen, diplomat asing, pengusaha migas asing, dll, dan kelihatannya mempunyai semacam kekuatan atau kekuasaan untuk mengatur penempatan pejabat negara, alokasi proyek-proyek dan anggaran, dan bisnis-bisnis besar yang berhubungan dengan kementrian. Mungkin kekuasaan seperti ini yang dijualnya kepada para petinggi PKS seperti LHI sehingga LHI bisa beralasan menghubungi Bunda Putri karena "ingin tahu masalah reshuffle kabinet".

Sosok Non Saputri sebagai pengusaha senior Jawa Barat dibantah oleh Ketua Kadin Jawa Barat Agung Suryamal Sutisno. Menurut Agung, bila Bunda Putri mengaku sebagai pengusaha apalagi katanya sudah senior, seharusnya tercatat di Kadin.  "Tidak kenal, di Kadin tidak ada namanya (pengusaha) Non Saputri," ujar Agung (Sumber: Detiknews 21/10/2013).

Jadi Non Saputri sudah jelas sosoknya, adalah seorang pelobi dan makelar tingkat tinggi sekali. Namun sebagaimana biasanya makelar - baik yang rendahan, sedang maupun sudah tinggi sekali - terkadang kelewatan dalam menjual siapa dirinya baik kepada calon pelanggan maupun koneksi-koneksinya, dan kelihatannya banyak yang tertipu....

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun