Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy Artikel Utama

Tips Membiasakan Hidup secara Sehat

7 April 2013   09:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:35 1440 7

Rejeki paling besar yang sering kali lupa disyukuri bahkan tak diakui sebagai rejeki adalah kesehatan. Sebab sebagian besar dari kita mempersepsikan rejeki sebagai sesuatu yang berbentuk materi yang memberikan rasa senang. Padahal, kesehatan-lah justru modal utama untuk mencari rejeki berbentuk materi. Dalam kondisi sakit, alih-alih bisa menghasilkan uang, justru harus mengeluarkan uang. Betapapun anda dilindungi asuransi kesehatan yang preminya besar, nilai pertanggungannya juga besar dan tak dibatasi jenis penyakit apapun ditanggung, tetap saja lebih memilih sehat ketimbang sakit.

Seperti halnya rejeki dalam bentuk lain, kesehatan juga tidak datang begitu saja. Harus diupayakan dan dijaga agar tak pergi dari badan kita. Sayangnya, banyak diantara kita yang abai menjaga kesehatannya bahkan ada yang tanpa disadari justru punya kebiasaan yang merusak kesehatannya. Sebenarnya ada cara sederhana tak tak berbiaya tinggi untuk menjaga dan memelihara kesehatan. Setidaknya ada 5 kebiasaan yang perlu dibangun untuk menjadi S-E-H-A-T.

---------------------------------------------------------

S =SEIMBANG GIZI

Banyak yang mengatakan bahwa sumber penyakit itu berasal dari apa yang masuk ke mulut, dengan kata lain makanan. Mungkin ungkapan ini tak sepenuhnya benar, tapi setidaknya banyak benarnya. Terjaminnya kecukupan asupan nutrisi bagi tubuh sangatlah penting. Karena itu makanan yang masuk ke tubuh seyogyanya seimbang kandungan gizinya. Berbagai macam vitamin bisa didapat dari sayuran dan buah-buahan segar. Sayangnya, anak dan remaja jaman sekarang banyak tak suka mengkonsumsi sayur. Di jaman serba instant dan praktis ini, banyak kaum ibu enggan memasak sayuran dan tidak membiasakan anak mengkonsumsi sayuran sejak dini. Padahal, melatih dan membiasakan anak makan sayur sejak kecil itu penting, karena kalau sudah tidak suka makan sayur sedari kecil, makin sulit lagi membiasakannya makan sayur saat sudah dewasa.

Kebiasaan buruk sebagian masyarakat Indonesia adalah makan dengan tujuan perut kenyang. Karena itu cenderung berlebihan mengkonsumsi karbohidrat. Salah satu contohnya : makan nasi berlauk mie. Atau komposisi menu yang cenderung seragam, misalnya menu tahu atau tempe goreng dikombinasikan dengan ikan atau ayam goreng plus kerupuk yang tentu saja juga digoreng. Jadilah menu “keringan” yang serba berminyak.

Yang ideal adalah ada sumber utama karbohidrat – tak perlu harus nasi, bisa diganti kentang, jagung, gandum/roti, dll – yang dikombinasikan dengan protein baik dari sumber hewani maupun nabati, lalu ada sumber vitamin baik berasal dari sayur maupun buah. Yang tak kalah penting perlu diperhatikan adalah kesegaran dan kebaruan bahan baku makanan dan kebersihan atau higiene proses pemasakannya. Karena itu, kaum ibu harus cermat memilih bahan baku, jangan sampai terbeli  ayam tiren (mati kemaren) atau daging sapi dan ikan yang dibubuhi formalin atau boraks agar tetap terlihat segar meski sebenarnya sudah hampir busuk.

---------------------------------------------------------

E =ENYAHKAN ROKOK

Ini super penting dan tak bisa ditawar. Saya pernah membaca, dalam sebatang rokok terkandung setidaknya 4000 macam racun. Bukan hanya asap yang dihisap, asap yang dikepulkan keluar dari mulut perokok pun racunnya tak kurang banyak. Bahkan perokok pasif lebih terpapar resiko 3 kali lebih berbahaya karena komposisi racun yang dikeluarkan lebih jahat ketimbang yang dihisap. Dalam artikel lain di Yahoonews, saya pernah membaca, seorang perokok yang akan menggendong bayi/balita, bukan saja harus mencuci tangan dan menyikat gigi serta berkumur-kumur sampai bersih, bahkan sampai harus berganti baju dan mencuci rambutnya karena sisa racun dari asap rokok yang menempel pada pakaian dan tubuh itu masih berbahaya bagi balita.

Tentang bahaya rokok tentu tak perlu diperdebatkan lagi. Buktinya para produsen rokok tak keberatan menuliskan bahaya rokok bagi kesehatan di setiap kemasan dan iklan rokok. Di negara maju seperti Amerika Serikat, industri rokok bahkan diwajibkan lebih dulu membangun rumah-rumah sakit dan sanatoriun perawatan berbagai penyakit yang disebabkan rokok, sebelum mereka membangun pabrik rokok. Saat mendaftarkan diri menjadi peserta asuransi pun pasti ditanya apakah punya kebiasaan merokok atau tidak. Kalau iya, tingkat resikonya lebih tinggi dan karena itu preminya pun bisa berbeda atau penjaminan atas penyakit tertentu menjadi batal. Itu sebabnya wacana untuk tidak memberikan Kartu Jakarta Sehat kepada warga Jakarta yang perokok sebenarnya adalah ide yang baik. Bagaimana pun kita perlu mengedukasi masyarakat agar peduli pada kesehatannya sendiri. Kalau mereka menolak menjaga kesehatannya, kurang etis kalau mereka minta dijamin pemeliharaan kesehatannya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun