Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Sunrise @ Pantai Kenjeran

11 Juni 2012   00:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:08 659 14

Pantai Kenjeran bagi warga Surabaya namanya sudah tak asing lagi. Lokasinya terletak di wilayah Timur Surabaya, meliputi 2 (dua) kecamatan, yaitu kecamatan Kenjeran dan kecamatan Bulak. Yang dikenal sebagai lokasi tujuan wisata keluarga ada 2, yaitu Pantai Ria Kenjeran Lama dan Pantai Kenjeran Baru. Di Pantai Ria Kenjeran Lama anda sekeluarga bisa menikmati panorama pantai sambil memancing atau berenang dan bersampan, serta berbelanja aneka hasil tangkapan laut dan produk olahan hasil laut. Sedang di Pantai Kenjeran Baru – New Kenjeran Beach – sudah dibangun berbagai sarana olahraga seperti kolam renang, balapmotor, pacuan kuda, tenis, dll. Di sini juga ada tempat ibadah agama Kong Hu Chu, klenteng-klenteng dan patung Budha, yang membuat anda serasa sedang berada di Thailand.

Tapi pantai Kenjeran yang akan saya ceritakan – lewat foto – di sini adalah pantai Kenjeran yang bukan tempat wisata. Pantai ini lokasinya tepat di ujung jembatan Surabaya – Madura (Suramadu), beberapa meter dari jalan layang yang menghubungkan ke jembatan Suramadu dari sisi Surabaya. Pantai ini sebenarnya panoramanya tidaklah begitu indah. Jangan membayangkan pantai berpasir putih yang indah yang meninggalkan jejak kaki kita, lalu anak-anak yang berenang di tepian pantainya. Sama sekali tidak, bahkan pantai ini tergolong kotor. Bukan tempat berenang dan tak ada yang sengaja berjalan-jalan di pasir pantainya. Bahkan umumnya orang hanya berdiri di bebatuan yang membatasi daratan dengan pantai.

Lalu apa istimewanya? SUNRISE! Ya, saat terbit matahari, pantai ini jadi incaran para fotografer, baik yang profesional maupun yang kacangan dan sok bisa memotret seperti saya ini. Bukan hanya warga lokal Surabaya, banyak pula yang datang dari luar kota – terlihat dari logat bicara dan bahasanya – bahkan bule-bule pun ada. Sejak sekitar 5 pagi, para pemotret yang berburu matahari terbit, sudah memenuhi sepanjang pantai Kenjeran dan mencari titik yang mereka anggap paling tepat untuk mengambil gambar.

Seorang blogger di blog detik menulis dirinya yang hanya berbekal kamera DSLR untuk pemula merasa minder melihat piranti fotografi yang dibawa para sunrise hunter lainnya. Nah, apalagi saya yang hanya berbekal sebuah kamera saku sederhana – Kodak Easy Share C743 yang saya beli tahun 2007 – sempat minder abis melihat para fotografer itu dengan peralatannya yang komplit dan kamera canggih dengan beragam fitur tentunya. Ukuran kameranya pun besar-besar. Tapi untunglah dari rumah saya sudah minum “obat kuat” untuk mengatasi sindroma minder. Obnat kuat malu, maksudnya. So, saya cuek saja berada diantara mereka. Justru denan kamera saku ini saya bisa mobile dari satu titik ke titik lain, letimbang mereka yang sudah memasang tripod gede-nya di titik tertentu.

Apa saja bisa dijadikan obyek foto, sambil menunggu terbitnya sang surya. Ada sampan nelayan yang terombang-ambing di tepi laut, ada pepohonan yang ranting-rantingnya meranggas, ada siluet jembatan Suramadu dari kejauhan, ada aksi fotografer yang asyik memotret dan..., tentu saja sinar mentari yang mulai menerobos awan. Berikut foto-foto yang sempat saya ambil dan sebuah foto hasil jepretan teman saya yang bersama saya hunting moment sunrise saat itu. Semoga bisa dinikmati sebagai sajian sebuah Minimalist Photography, seperti thema Weekly Photo Challenge (WPC-8) minggu ini.

Buat yang ingin gabung dengan Grup KAMPRET di FB, silakan datang ke link INI.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun